Marvelio Tofu, putra kedua dari pasangan Dialinda dan Keyvano. Kedua orang tuanya selalu menggelengkan kepala jika mengatur kelakuan anak keduanya itu. Tujuh belas tahun berlalu tentu semua tidak lagi sama dengan zaman Alin juga Key. Saat ini semua serba modern dan begitu maju.
"Marvel, hari ini giliranmu mencuci baju," omel Alin sembari membawa tempat baju kotor.
"Bunda! Kan, ada asisten rumah tangga, kenapa setiap saat kita harus bergantian mencuci baju?!" Marvel tidak terima dengan peraturan yang ada di rumahnya.
"Kenapa? Kamu bilang kenapa? Tanya kepada ayahmu atau bisa juga tanya kepada kakakmu," jawab Alin santai.
Marvel mengembuskan napas kasar, bundanya benar-benar menyebalkan. Dia akan mengomel sepanjang waktu jika Marvel tidak melakukan pekerjaannya.
Rumah mereka terbilang besar tidak kecil seperti saat dia masih kecil dulu. Marvel sendiri tidak begitu ingat dengan masa kecilnya, yang jelas menurut kakaknya Livano Tofu rumah ini tiga kali lipat lebih besar dan lebih mewah dibanding rumah mereka dulu.
Dengan bersungut-sungut Marvel memasukkan baju kotor mereka ke dalam mesin cuci setelah memilah baju mana yang mungkin akan luntur dan mana yang tidak.
"Ingat, teliti mana yang luntur dan yang bukan. Jika sampai baju putih terkena luntur siap-siap saja uang jajan akan dipotong," ujar Alin yang memperhatikan anaknya. Perkataan Alin diakhiri dengan tawa keras penuh kemenangan.
"Bunda, ini baju Liv tadi terkena tumpahan minuman di kampus." Livano datang dengan baju di tangannya.
"Tuh, kasih adikmu." Alin menunjuk Marvel yang mencuci menggunakan tangan dengan bersungut-sungut.
Melihat Marvel yang kesal Livano pun menarik kembali baju kotornya. "Tidak jadi, aku akan mencucinya sendiri nanti."
Marvel mengembuskan napas lega saat cuciannya tidak bertambah. Key dan Alin memang mengerjakan seorang asisten rumah tangga, tetapi hanya bagian memasak, bersih-bersih rumah. Itu pun terkadang Alin sering membantu masak.
Marvel pun terkadang Alin suruh untuk membantu juga begitu pun dengan Livano. Key? Key sibuk di kafe miliknya terkadang berangkat pagi pulang malam tidak ada waktu untuk membantu bersih-bersih. Cuci baju pun jarang sering kali Alin yang mencucikan.
"Bunda, hari ini aku mau keluar dengan Kenzie dan yang lainnya, minta uang lebih, ya." Marvel mulai ingat dengan janjinya dengan Kenzi teman bermainnya.
"Rasanya kemarin sudah meminta uang jajan lebih, sekarang minta lagi?" Alin melotot mendengar perkataan Marvel.
"Kalau begitu, Bang Van, bajunya mana. Nanti jangan lupa uang jajan buat Marvel, ya?" Marvel menghilangkan wajah kesal dengan senyuman lebar menampilkan giginya yang rapi.
Livano tersenyum, dia memberikan baju kotornya kepada Marvel. Dengan begini Alin maupun Key tidak akan marah karena dia memberi bonus kepada Marvel atas jasa mencuci baju.
"Jangan terlalu baik kepada Marvel, nanti dia jadi manja lagi," ujar Alin saat mereka meninggalkan Marvel yang dengan riang mencuci baju.