"Turun!" perintah Aldo, tapi dengan nada geli.
Tiga pemuda yang ada di dalam mobil saling berpandangan.
"Gimana?" tanya Devan pada dua temannya.
"Tadi kamu bilang biar kata berotot kayak Rambo, kalo ngadepin bertiga pasti berani!" bisik Rio.
"Ayo turun," ucap Rayes sambil membawa kantong berisi buah apel yang tadi ia bawa, lalu terdengar Aldo yang kembali mengetuk kaca jendela mobil dengan tidak sabar.
Meski setengah hati, tiga pemuda itu akhirnya terpaksa turun dari mobil.
Aldo berjalan pelan ke arah depan mobil sambil bersedekap, memandangi ketiganya yang bergerak sangat lambat mendekati tempatnya berdiri.
"As-salammu 'alaikum, Bang," sapa Rayes dengan sopan.
Aldo mengangguk, menatap tajam tiga pemuda yang sepertinya masih SMU itu sebelum menjawab dengan nada datar.
"Wa 'alaikumus-salam warahmatullahi wa barakatuh."
Dari halaman rumah, Aldi yang melihat sosok Aldo bersama tiga pemuda asing di depan rumah tetangga langsung datang mendekati.
"Hei, Do! Kamu ngapain!?" teriak Aldi.
"Nemu ini ni! Lagi mata-matain kamu!" seru Aldo.
Dengan panik tiga pemuda tadi langsung berebutan untuk bicara.
"Gak, Bang. Kami gak mata-matain kok, Bang," ucap Rio.
"Kami lagi liat-liat aja, Bang. Kami mo mastiin ini rumahnya Elin atau bukan, "ucap Devan.
"Kami datang cuma mau besuk Elin, Bang," ucap Rayes.
Aldo nyengir lebar, tahu bahwa tiga pemuda tersebut berhasil ia buat takut. Penampilan Aldi pasti membuat mereka ciut.
"Jadi kalian nyari Elin?" tanya Aldi yang sudah berdiri di luar pagar rumah.
"Ya, Bang," jawab ketiganya serentak.
Seketika tangan kanan Aldi mengepal membentuk tinju, sedangkan telapak tangan kirinya membentang lebar, lalu dengan sengaja ia mengayunkan tinjunya ke telapak tangannya sendiri berulang kali.
BUK!
BUK!
BUK!