Rayes melihat wajah Annelin yang berubah, seolah ia mulai mengingat semuanya.
"Kamu tidak ingat padaku?" tanya Rayes dengan wajah penuh harap. Hatinya sendiri sangat gembira karena tidak mengira bahwa gadis kecil yang dulu pernah menyelamatkannya adalah Annelin.
"Aku anak lelaki yang dulu pernah akan melompat dari jembatan ini. Aku akhirnya terjatuh dan kamu ikut terseret," ucap Rayes, lalu ia menunggu Annelin yang terus memperhatikan gelang ungu yang ada di tangannya.
"Aku belum mengucapkan terima kasih. Juga belum mengembalikan gelang berharga milikmu."
"Gelang ini ...." Annelin berhenti bicara, ia hanya mengangguk tanda bahwa ia mendengar ucapan Rayes. Annelin teringat pemberian siapa gelang ungu tersebut dan matanya tiba-tiba jadi berkaca-kaca.
Rayes mengerti ia telah membangkitkan kenangan Annelin tentang ibunya. Ia mendekat, menarik pergelangan tangan gadis itu, lalu kembali mengajaknya ke arah motornya yang terparkir.
"Kita cari minum dulu, biar lanjut ngobrolnya di sana," ajak Rayes. Annelin hanya menurut. Ia segera naik ke boncengan Rayes setelah pemuda itu menghidupnya motor maticnya.
Mereka tiba di cafe kecil di pinggir pantai, setelah memesan es kelapa muda dua porsi, Rayes mengambil tempat duduk berhadapan dengan Annelin yang sudah duduk lebih dulu. Gadis itu masih menatap ke arah gelangnya sambil membolak-balikkannya di telapak tangan.
"Aku gak nyangka ... gelang ini masih ada ...."
"Masih, Lin. Aku menyimpannya dengan baik kok."
Annelin mengernyit, lalu ia menatap Rayes dan menanyakan hal yang pernah menjadi pertanyaannya setelah kejadian di masa kecil mereka itu.
"Setelah kejadian itu, kita gak pernah ketemu lagi ya ... orang-orang itu menemukan Kak Rayes di sana bukan?"
Rayes mengangguk. "Aku segera dibawa Papa ke rumah sakit, lalu karena kakiku, aku langsung dibawa ke kamar operasi, katanya untuk membenarkan letak pergelangannya yang sudah tidak pada tempatnya."
"Oh, aku ingat ... bentuknya memang agak aneh waktu itu, pasti sakit sekali rasanya saat itu ya...."
"Iya, kamu juga ... tangan kamu pasti sakit bukan main waktu itu kan ... setelah aku sadar dari operasi, hari sudah hampir berganti. Kita dibawa ke rumah sakit yang sama. Kamu gak ingat?"
Annelin menggelengkan kepalanya.
"Setelah keluar dari rumah sakit, kami harus mengurus beberapa hal ...." Rayes tersenyum, seolah mengenang sebuah keputusan yang ia utarakan pada papanya setelah kejadian di jembatan itu, "Papa juga sudah harus bersiap-siap karena jadwal kepindahannya sudah ditentukan ...."