Annelin menunggu di teras rumahnya bersama Risa dan juga Jukik. Mereka menunggu Rayes dan Devan yang katanya akan menjemput mereka.
"Belum datang jemputannya, Lin?" tanya Pak Tan yang baru saja muncul di pintu.
"Belum, Yah. Paling mereka jemput Kak Rio sama Gita dulu, Yah."
"Oh ... ya udah. Kasih tahu kalau udah mau pergi ya. Ayah di belakang," ucap Pak Tan.
Annelin menganggukkan kepalanya, lalu menatap Jukik yang kembali mengambil pisang goreng yang tadi sengaja Annelin goreng sebelum Jukik dan Risa datang.
"Enak ya Kik?" tanya Elin.
"Hu uh," jawab Jukik sambil mengangguk.
"Heleh, kamu sih lapar, Kik. Sejak tadi makan terus, hampir satu piring," ejek Risa.
"Beneran, Sa. Bikinan Elin lain dengan yang biasa Emak bikin di rumah. Bikinan Emak ori, pakai resep jaman nenek moyang. Bikinan Elin resepnya kekinian."
"Cuma ditambahin taburan keju kok, Kik." Elin tersenyum, suka melihat Jukik yang melahap apa saja dengan nikmat dan penuh syukur, seolah itu adalah makanan terakhirnya.
Beberapa saat kemudian, sebuah mobil berhenti di depan pagar. Disusul kemudian Rayes, Devan, Gita dan juga Rio yang keluar dari dalam mobil. Mereka berempat segera menuju ke teras rumah Elin.
"Udah lama nunggu ya? Maaf lama," ucap Rayes.
"Iya, maaf lama. Kami nungguin Putri Salju dandan dulu. Lama banget. Mending pas keluar cantik, ini ...," ejek Rio sambil melirik ke arah Gita.
"Ini apa? Dilarang protes!" ucap Gita galak. Sejak insiden Gita yang menipu Rio dengan sengaja memberikan gambaran yang salah tentang rumah Annelin, Rio dan Gita menjadi lebih dekat. Meski kedekatannya lebih seperti tokoh kartun Tom dan Jerry. Mereka rupanya juga sama-sama aktif di exskul karate di sekolah mereka.
"Lagian siapa yang nawarin dijemput di rumah?" sungut Gita. Rio tidak menjawab, karena memang dia yang meminta Devan agar menjemput Gita dulu agar bisa berangkat bareng.
Rayes dan Devan tidak menanggapi dua orang yang bertengkar itu. Mereka rebutan nyomot pisang goreng yang sisa dua di atas piring.
"Yah ... aku ga dapet jatah," ucap Rio.
"Masih ada, kok. Ntar ya, Elin ambilin." Elin segera berdiri dan mengangkat piring yang sudah kosong, kemudian berlalu masuk ke dalam rumah.
"Eh, Kak Ray. Gak gitu juga kali liatnya. Biasa aja. Terpesona ya?" tanya Gita yang menangkap pandangan mata Rayes yang menatap Annelin ketika tadi masuk ke dalam rumah.