Rayes melirik ke arah kursi yang tadinya diduduki oleh Aldi dan dua temannya. Namun Kakak Annelin tersebut sudah menghilang, membuat mata Rayes berkeliaran mencari sosok tersebut. Ia mendapati Aldo masih berdiri di tempatnya semula dikerubungi oleh beberapa gadis yang mengisi stan buku yang Aldo jaga.
"Cari apa, Kak?'
Pertanyaan dari Annelin tersebut membuat Rayes menunduk menatap gadis itu. "Gak ... lagi liat keliling aja. Kemana lagi kita?" tanya Rayes. Mereka melangkah pelan di belakang Gita dan Rio, lalu di depannya lagi ada Risa, Jukik juga Devan.
"Aku ikut aja." ujar Annelin.
Tiba di sebuah stan, mereka bertujuh berdiri memandangi seorang gadis yang tengah menggoyangkan kuasnya di atas sebuah kanvas. Jari jemarinya lincah menari menorehkan berbagai warna di sana.
Annelin mengedarkan pandangannya, lalu ia menangkap satu sosok yang berdiri di belakang seorang pemuda di pinggir stan. Aldi tampak menatap tak berkedip ke arah gadis yang tengah melukis di tengah stan tersebut.
Annelin bergerak mendekat dan menepuk kuat-kuat punggung kakaknya itu. "DOR!' seru Annelin.
Aldi terkejut setengah mati, reflek ia menangkap tangan yang tadi menepuk punggungnya.
"Elin!"
"Iya! Lepasin!"
"Ngagetin sih."
"He he, sengaja. Lagian ... Kak Aldi fokus amat, gebetan ya?"
"Shh ... paan sih." Aldi melirik ke arah teman-teman Elin yang berdiri tak jauh dari sana dan memandang interaksi dua saudara tersebut.
"Ngurusin gebetan, sana belajar yang bener! Kalo udah puas liat-liat, pulang gih!" usir Aldi sambil melotot ke arah Rayes.
Rio menyenggol lengan atas Rayes. "Maaf Bro, tapi sepertinya omongan itu untuk dirimu. Pulang sana!" bisik Rio geli.
"Bener Bro. Sana pulang! Belajar yang bener!" ledek Devan.