1
NAMAKU MAZAB
“NAMAKU, MAZAB!” Itulah kalimat pertama yang kuucap, setelah menjejakkan kaki di Sekolah Menengah Pertama Mutiara Bangsa. Sekolah ini terletak di jantung kota kabupaten. Halamannya yang rindam membuat sekolah ini tampak sejuk. Sekaligus hukuman bagi siswa menyapu dedaunan kecil, membuatnya bersih tanpa celah. Itulah hukuman terberat di sekolahku. Aku datang dari pelosok kabupaten. Temanku kadang bercanda, menyebut kampungku sebagai pantai hutan, sebab setelah kampung tidak ada lagi perkampungan. Aku datang dari keluarga petani. Sekalipun begitu, kedua orang tuaku menginginkan yang terbaik, sehingga mengirimku ke kota kabupaten untuk sekolah.
“Sekaligus lihat suasana kota, Mazab.” Begitulah kalimat Ayahku ketika melepas kepergianku ke kota kabupaten. Sebenarnya Aku tidak berkenan meninggalkan kampung halaman. Suasana sepi nan sunyi membuatku betah berlama-lama menatap matahari terbit. Matahari pagi di kampung selalu mengandung makna yang dalam. Apalagi jika diselingi bebunyian burung yang bernyanyi. Ditingkahi gemericik air di sungai. Latar kampungku yang sepi nan sunyi membentuk kepribadianku, sebagai seorang anak yang pendiam, sekaligus suka ketenanggan dan kedamaian.
Kepribadianku yang pendiam membuat beberapa siswa menyebutku Si Burung Penyendiri. Ketika Aku cerita tentang akar kepribadianku yang besar dalam suasana sepi nan sunyi. Mereka hanya meningkahi dengan tawa. Entah tidak percaya atau meragukan alasanku yang memang hanya alasan. Alasan itu kubuat agar rasa minder tidak menggerogoti semangatku bersekolah. Sehingga harus berhenti di tengah jalan hanya karena ejekan kecil dari sesama siswa. Setelah mereka tertawa, Aku pun ikut tertawa jika menyadari alasanku terlalu polos, sepolos jiwaku. Tetapi nanti kepribadian itu akan menjadi warna yang cerah, mengiringi langkah kakiku di kota ini, berpengaruh terhadap orang-orang dekatku.
Orang hanya melihat sesuatu yang dekat dengan diri kita, tanpa menyelami sesuatu yang tersembunyi dibalik makna yang mengitari langkah manusia, sehingga masalah kepribadian seseorang kadang menjadi topik percakapan yang mengasyikkan. Lupa bahwa setiap gejala kepribadian memiliki kelebihan. Tergantung bagaimana kita menyikapi kepribadian itu. Maka populerlah kalimat bakat terpendam yang kadang menjadi buah bibir di tengah masyarakat, sebab kadang membuat orang terkejut jika kepribadian yang asing terlonjak bagai roket. Itulah yang terjadi jika telah kusadari arti sesungguhnya kepribadian yang kumiliki.