SI BURUNG PENYENDIRI

Ahmad Karim
Chapter #9

Perubahan Sikap #9

9

PERUBAHAN SIKAP

Semua mengalami perubahan. Seperti pergantian musim, seperti perkembangan tanaman, seperti perubahan gerak angin. Tetapi perubahan sikap memiliki kekhasan yang berbeda dari deretan perubahan tersebut. Karena sikap erat kaitannya dengan manusia. Sementara manusia erat kaitannya dengan sejarah. Dan perubahan sikap yang terjadi, dalam lingkup Sekolah Menengah Pertama Mutiara Bangsa adalah sebuah sejarah, setidaknya sejarah hidup mereka sendiri.

Dalam sejarah Sekolah Menengah Pertama Mutiara Bangsa, Baz dikenal sebagai anak yang rajin, cerdas, tidak pernah berkelahi, dan berbagai jenis kebaikan yang tidak mungkin di sebutkan satu persatu. Pada intinya Baz berada pada puncak penghargaan prestasi dan kesungguhan.

Berbeda jauh dari Baz, Zam adalah anak yang paling malas dari deretan siswa termalas. Berbagai teguran baik yang bahasanya halus sampai kasar telah didengarnya. Menjadi nyanyian setiap kali bertemu para guru. Pada intinya Zam berada pada puncak penghinaan prestasi dan kesungguhan.

Siapapun yang mengenal Zam di sekolah itu pasti mengetahui hakikat kemalasannya. Tetapi baginya, kemarahan dan teguran para guru seperti nyanyian burung saja, mungkin karena Zam seperti patung yang sudah putus urat malunya. Berbagai upaya dilakukan agar rajin, tetap saja malas, kecuali dua jadwal mengajar; Pak Arif Budiman yang dihormati di sekolah dan Pak Tegas Bung Tangkas seorang guru paling nyentrik. Keanehannya sempat menjadi berita nasional.

Hanya kedua guru inilah yang berhasil membuatnya ‘terpaksa’ masuk kelas, selain keduanya, Zam masuk ketika hendak ujian, atau ketika ‘ketibang tangga’. Kata ‘ketibang tangga’ adalah ungkapan anak karena Zam menyalahi kebiasaannya datang ke sekolah. Sehingga akhir-akhir ini, Zam kembali menyandang gelar itu.

 Keesokan hari setelah peristiwa penolakan, Baz memulai episode kehidupannya menyalahi kebiasaannya selama ini, ia datang di pertengahan materi pelajaran, kami yang di dalam kelas keheranan melihat peristiwa yang tidak seorang pun pernah meramalnya. Seorang anak yang dahulu rajin kini terlambat masuk kelas. Hari itu kami mengira mungkin karena sesuatu dan lain hal, tetapi ketika peristiwa itu terus berulang dan berulang, kami pun paham, kini Baz sedang merintis karir sebagai pemalas!

Lain halnya dengan Zam, hari itu ia datang satu jam sebelum pelajaran pagi itu dimulai, padahal pagi itu bukan jadwal yang seharusnya ia datang, ketika sesama siswa menyaksikan peristiwa itu, meledaklah tawa mereka, mereka tertawa karena menyalahi sifat keseharian Zam. Hari itu Zam merintis karir sebagai anak paling rajin di sekolah itu. Bahkan guru yang mengajar kami hari itu kaget, melihat kehadiran Zam di dalam kelasnya, Zam sempat ditanya tentang mimpi apa ia semalam.

Episode dua kontradiksi itu, terus menerus menjadi buah bibir sesama siswa dan para guru. Mereka semua keheranan dengan perubahan sikap dua siswa. Tak ada yang menyangka, perubahan sikap itu disebabkan oleh cinta kepada Mawar. Pada kondisi ini Mawarlah pemicu perubahan sikap itu. Baz yang ditolak cintanya, merasa hidup ini tiada artinya tanpa kehadiran Mawar di dalam hatinya. Baz seakan meminta tulang kepada lintah, meminta sesuatu yang tidak mungkin di penuhi oleh Mawar. Jadi cintanya kepada Mawar, menyebakan Baz terperosok dalam jurang kemalasan.

Lihat selengkapnya