Si Cadar Hitam

Almayna
Chapter #12

Mimpi Atau Nyata?

"Zah?"

"Zizah?"

"Dia bangun."

"Apa dia sudah sadar?"

"Cepat panggil ambilkan minum!"

Suara-suara yang masih terdengar samar itu membuat alam mimpi semakin jauh meninggalkanku. Silau cahaya lampu yang langsung menembus kornea mataku membuat gelap yang sejak tadi menyelimuti sekelilingku perlahan luntur. Bahkan, wajah-wajah teman-temanku mulai terlihat jelas dan bisa kukenali satu persatu.

Meski dengan bibir yang masih mengatup rapat, ekor mataku tetap saja bergerak mengabsen orang-orang yang duduk mengelilingiku. Semuanya ada di sana dengan ekspresi yang sama-sama khawatir. Wawa, Septy, Caca, Ophi, Karin yang baru datang dengan membawa segelas air pun kembali duduk di sebelahku.

"Minum dulu, Zah," kata Ophi membantuku untuk bangun.

Saat punggungku mulai terangkat, bisa kurasakan kalau kepalaku terasa sangat berat. Rasa pusing pun masih terasa berdenyut di sana. Akhirnya, aku yang tadinya mau bangun memilih untuk tidur kembali. Namun, melihat tanganku yang tiba-tiba memegang kepala, Ophi yang berada di sebelah kananku segera mengambil bantal dan meletakkannya di belakang punggung agar aku bisa bersandar.

"Ada yang sakit, Zah?" tanya Wawa cepat.

Aku mengangguk, meski sangat pelan. "Aku kenapa, ya? Kalian juga kenapa berkumpul seperti ini?" tanyaku kemudian.

Bukannya menjawab pertanyaanku, kelima gadis di depanku itu malah saling pandang seperti ada yang disembunyikan oleh mereka. Tentu aku semakin penasaran dibuatnya.

"Kenapa?" ulang ku sekali lagi.

"Kamu nggak ingat apa-apa, Zah?" celetuk Ophi.

Aku menggeleng, lalu diam tiba-tiba. Ingatanku membawaku dengan cepat pada kejadian beberapa waktu yang lalu. Tepat di saat aku sedang belajar di teras depan bersama Laila, lalu dia meminta untuk ditemani ke kamar mandi yang naasnya kamar mandi pojok dengan dalih mengambil kotak makan.

Lalu, setelah kami tiba di sana, dia justru meninggalkan aku sendiri menunggu sampai berjam-jam lamanya. Sampai akhirnya, aku menyusul ke dalam dan menemukan kejadian aneh yang membuatku sangat takut. Bagaimana tidak? Laila yang kucari tengah berada dalam kondisi mengenaskan dengan tubuh yang diseret paksa oleh sesosok besar nan seram yang tidak kutahu apa itu.

"Laila!"

Lihat selengkapnya