Si Cadar Hitam

Almayna
Chapter #17

Sosok Dibalik Kilat

"Allahumma shoyyiban naa fi'an."

Doa ketika hujan turun sudah terucap dari bibir Septy. Gadis yang baru saja selesai memperbaiki kasur dan bantalnya kembali menengadahkan tangan. Sampai tiga menit kemudian, dia sudah mengusap wajahnya. Sepertinya, dia habis melangitkan doa-doa lainnya. Karena memang, salah satu waktu mustajabnya atau dikabulkannya doa adalah ketika hujan turun. Jadi, banyak santri termasuk aku dan lainnya mengamalkan ilmu tersebut.

"Hujan-hujan gini enaknya tidur sambil selimutan nggak, sih?" Hanya berjeda tiga detik, suara Septy kembali terdengar. "Bismikallahumma ahyâ wa bismika âamuut."

Usai mendengar gumaman doa itu, aku dan Karin yang sejak tadi berada di kamar sekaligus menyaksikan tingkahnya pun segera menoleh, lalu terkekeh melihat Septy yang sudah menggulung seluruh badannya dengan selimut. Persis seperti kepompong.

"Bangun, Septy! Jangan tidur habis Ashar, ih! Ntar gila, lho kamu," tegur Karin yang sudah kembali fokus pada pakaian-pakaian kering di depannya.

Sosok yang baru saja ditegur tentu langsung tersindir. Septy langsung membuka selimutnya sedikit, sampai kedua matanya kelihatan. "Masa, sih, Rin?" tanyanya penasaran.

"Tanya aja sama Zizah," katanya lalu melirik ke arahku. Aku yang tidak ingin terlibat dalam percakapan mereka tentu sedikit kebingungan. Aku yakin, si Septy pasti sebentar lagi akan menanyakan sesuatu.

"Beneran, Zah?"

Tuh, kan. Belum ada semenit, Septy sudah benar-benar penasaran dengan ucapan Karin barusan. "Iya, Ty. Imam Al-Ghazali dalam bukunya yang berjudul 40 Pokok Agama, dikatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"Barangsiapa yang tidur setelah Ashar lalu akalnya menjadi gila, maka janganlah ia mencela siapapun kecuali dirinya sendiri" (HR. Abu Ya'a dalam Al-Musnad dari hadits Asiyah r.a.)."

Untunglah, aku masih mengingat kalimat yang seringkali diucapkan Ibu dulu ketika tahu aku ketiduran habis sholat Ashar. Dan, setelah mendengar nasehat itu dan merasakan sendiri bagaimana efek dari tidur sore bagi tubuh, aku sungguh tidak pernah lagi berani tidur di waktu sore. Apalagi menjelang Magrib.

"Tuh, kan. Aku bilang juga apa, Septy. Kita nggak dianjurkan tidur di waktu-waktu menjelang magrib seperti sekarang. Udah, bangun, gih."

"Ih, kalian mah. Bisa nggak, sih, sekali-kali jangan ngomong jujur agar mataku ini bisa tidur?" Septy akhirnya menyibak selimutnya, kemudian bangun dengan bibir manyun.

"Septya Natasila yang gemoy membahana, Allah sudah menciptakan segala sesuatu di dunia ini dengan begitu adil dan penuh makna, sama kayak waktu. Makanya, dalam Al-Qur'an, Allah udah bagi beberapa waktu yang sesuai dengan kebutuhan manusia. Waktu siang untuk dipakai beraktivitas, dan waktu malam untuk istirahat. So, kamu juga harus bisa memanfaatkan waktu itu dengan sebaik-baiknya. Bukan malah sebaliknya."

Aku mengangguk. Sangat setuju dengan apa yang Karin sampaikan tadi. Dengan adanya pembagian waktu itu, maka manusia seharusnya sudah bisa membaginya dengan sebaik-baiknya. Karena jika digunakan sebaliknya, akan menimbulkan kerugian bagi manusia itu sendiri.

Semisal, waktu pagi yang semestinya digunakan untuk memulai aktivitas, seperti mencari rezeki, maka akan mendatangkan manfaat bagi orang yang melakukannya. Karena waktu pagi adalah waktu turunnya malaikat pembagi rezeki. Akan tetapi, jika waktu pagi digunakan untuk tidur dan bermalas-malasan, maka jangan salahkan siapa pun jika hidup sering merasa kurang atau tidak berkecukupan.

Lihat selengkapnya