Ia hanya terdiam bisu menatap lembaran beberapa buku yang ia barusan keluarkan sambil mencermati maksud arah pembicaraan si Reza barusan, sedangkan Reza masih duduk sementara di kursi sebelahnya menunggu respon dari aku.
"Rez, kamu tidak duduk di bangku kamu?" pura-pura tanya untuk mengabaikan pernyataan darinya tadi.
Dia hanya menggeleng pelan tetapi tatapan matanya seakan benar-benar menunggu respon aku terhadap pernyataan yang dia lontarkan barusan.
"Dis, aku sayang sama kamu... jadi mulai hari ini kamu mau kan jadi pacar aku?"
Aku semakin grogi karena jemariku digenggam erat sama Reza seakan ia benar-benar serius membutuhkan jawaban dari aku. Kemudian aku mencoba melepaskan genggamannya pelan-pelan karena tidak enak dilihat sama yang lain lalu ekspresinya Reza seakan bingung dan didalam benaknya bertanya mengapa genggamannya aku lepaskan tetapi pertanyaannya itu tidak dilontarkan dibibirnya.
"Rez, kita tetap sahabatan aja ya aku tidak ingin kehilangan kamu karena cinta."
"Tapi Dis, aku udah lebih sayang dari sahabat ke kamu."
"Iya Rez, aku paham. Sampai dimana kali rasa sayang kamu itu ke aku? Sedangkan kita aja masih kelas 10 dan masa ini kita masih labil Rez..."
"Tapi kita sudah lama kenal Dis dari kecil, tidak akan mungkin aku mengkhianati cinta kamu karna aku juga sudah sayang sama kamu."
Tidak lama kemudian guru pagi ini pun mulai masuk kedalam kelas kami dan pernyataan dari Reza barusan tidak sempat aku balas.
"Ibu Sari mau masuk tu Rez, duduk lah lagi di kursimu."
Aku membuka lembaran buku pelajaran pagi ini, sambil mendengar absen dari ibu Sari. Saat nama Reza di panggil sama beliau sebanyak 3 kali tidak ada jawaban karena dia sedang termenung memikirkan hal-hal tadi.