Wahana bianglala sudah mulai sepi penumpang, hanya beberapa pasangan dan keluarga yang masih mencoba wahana tersebut.Maryam duduk di bangku yang kosong, bangku yang kebetulan tengah berhenti di puncak ketinggian.
Dari atas kincir Maryam bisa melihat area Dufan secara keseluruhan, wahana-wahana-nya yang menarik dan spektakuler dan membuatnya ingin mencoba.
“Disini banyak permainan. Tiketnya pasti mahal.” Maryam menggumam.
“Tapi di Jakarta kan banyak orang kaya, tiket mahal itu pasti tidak ada artinya. Uang sudah seperti daun yang biasa ku pakai membayar dulu.”
“Akh peduli apa dengan mereka. Fokusku hanya satu, tempat ini.”
“Ini lokasi yang pas. Aku akan menetap disini dan tak akan lagi kembali ke hotel ataupun jembatan Ancol.” Maryam merentangkan tangannya ke sandaran bangku bianglala. Ia tersenyum lebar begitu membayangkan popularitasnya akan kembali.
Room boy kembali membuka pintu kamar pagi itu, Ia tak langsung mengganti sesaji melainkan berjalan ke sisi ranjang dan melihat taburan mawarnya kemarin. Semua masih utuh tak ada satu kelopak pun yang tercecer ke lantai.
"Ia pasti sudah berpindah alam." room boy urung melakukan rutinitasnya. Ia cepat keluar dari kamar meninggalkan trolley-nya di dalam dan mengunci pintu kembali. Ia berjalan ke lift yang akan mengantar ke lantai dasar.
Semenit dua menit pintu lift akhirnya terbuka, room boy keluar melintasi lobby menuju ruangan manager hotel yang ada di ujung koridor lantai dasar.
Setibanya dimuka ruang manager diketuknya pintu pelan.
"Masuk" suara di dalam mempersilakan.
Room boy membuka pintu melangkah masuk menghampiri meja manager hotel.
"Ada apa?"sambil memberi isyarat untuk duduk manager hotel bertanya.
"Begini Pak. Sepertinya Maryam sudah tak tinggal di hotel kita lagi."
"Darimana kamu menarik kesimpulan seperti itu?"
"Sudah dua hari ini mawar yang saya tabur di ranjangnya tak lagi terserak. Ia pasti sudah berpindah alam setelah satu dekade terkatung-katung di alam dunia."
Manager hotel terdiam mendengar penuturan room boy yang diserahi tanggung jawab menjaga kamar Maryam.
"Mungkin saja. Tapi saya tak bisa memastikan."
"Jadi bagaimana pak?. Kalau dia sudah pergi berarti saya tak perlu lagi kan membeli mawar segar di Jatinegara?"
"Mengembalikan fungsi kamar seperti semula sepertinya ide bagus. Sudah lama sekali kamar itu tak memberi keuntungan untuk hotel.Tak ada lagi tamu yang datang menginap hanya untuk memuaskan rasa penasaran mereka tentang kamar spesial yang diperuntukkan untuk Maryam."
"Bersihkan kamarnya dan beritahu receptionis kalau mulai besok kamar itu sudah bisa di sewakan."
"Baik pak. Saya permisi." Room boy pamit meninggalkan ruang managernya. Ia tersenyum lega karena tugasnya sebagai juru kunci kamar Maryam sudah ditiadakan.