“Apa wasiat terakhirmu?" kata seorang pria bertopeng, sambil menghunuskan pedang panjang.
“Tolong jaga keluargaku dan sampaikan permintaan maafku yang kesekian kalinya pada keluarga korban. Katakan bahwa, aku sangat- sangat menyesal telah membunuh dia." ujar seseorang yang akan di hukum pancung oleh sang pria bertopeng.
Pedang pun di hunuskan dan di tarik ke atas lalu siap di tebas.
“TIDAKKK BISA!!!” tiba tiba terdengar teriakan seorang pria muda di tengah kerumunan.
“Whuutttt ... ckiiiittt." pedang yang terhunus itupun mengerem mendadak tepat atas pundak sang tereksekusi.
Woooo ... wooooo ... waaaa ... waaa.
“Whatt ... ? apa yang Anda lakukan, Tuan? waduuhh ... semua orang ngeliatin kita jadinya kan."
“Loe diem ajalah, Lim ... ini urusan gue dengan tuh orang, untuk kali ini loe liatin aja lah, oke?"
“HEIII, PAHLAWAN BERTOPENG ... KAU TAK SEPANTASNYA, BERLAKU SEMENA-MENA DENGAN ORANG ITU,” teriaknya lagi.
“Siapa kau? dan apa kepentinganmu?" jawab pria bertopeng.
“WOOOWWW ... KAU TIDAK TAU SIAPA GUE YA, COEG? WAH, KURANG AJAR LOE ... GUE MANSYUR ... PANGERAN DARI KERAJAAN SEBERANG. GUE LAGI BERKUNJUNG DIMARI ... LOE GAK ADA RASA HORMAT HORMATNYA YA?"
“Walaupun, sebenernya Tuan dah di usir dari istana kan? ... hihihihihi." ujar Selim sambil berbisik.
“Loe jangan buka kartu donk Lim, kacau loe ah ... lagian kan, gue keluar dari istana juga karena keinginan gue sendiri ... ya, walaupun sebenernya gue sendiri juga bingung sih mau pergi kemana hehehe ... tapi tetep aja, gue gak pernah merasa diusir, Lim." bisik Mansyur sambil mencubit Selim.
“Lalu apa masalahmu dengan hukuman pancung ini? bukankah, ini adalah hukuman yang pantas dan bahkan diajarkan dalam agama kami?" ujar pria bertopeng.
Suasana sejenak hening ... dan Mansyur pun menoleh ke arah Selim, seraya kebingungan.
“Hahh ... bener ya Lim?" kata Mansur sambil berbisik pada Selim.
“Waduhhh ... kok bisa-bisanya Tuan gak tau? Tuan kan Pangeran kerajaan? wah kacau."
“Cereweett ... loe kan tau sendiri, gue gak pernah keluar istana ... belajar pun gue ogah ogahan ... musingin kepala coeg."
Drap ... dreettt ... drappp ... tiba tiba muncullah pasukan pengamanan panitia eksekusi, lalu mereka menangkap Selim dan Mansur bersamaan ... dan mereka berdua pun dimasukkan ke penjara.
“Woiii ... woiiii ... tung ... tunggu dulu, loe semua gak tau ya, kalo gue ini Pangeran kerajaan seberang?" ujar Mansur.
“CEPPPATTTT JALAAANNNNN!!!"
“I ... iya, galak amat sih." ujar Mansyur.
“Kacau dah Tuan gue satu ini ... ya, beginilah nasib jadi budak pengawal, hadeeehhh." gumam Selim.
Mereka pun di giring penjara bawah tanah yang berada tak jauh dari tempat eksekusi tersebut.
“Kacau ... masak gak ada satupun orang yang kenal dengan wajah ganteng gue ini." kata Mansyur.
“Ya, gimana mau dikenal ... keluar istana aja gak pernah, Tuan ... Tuan ... hahaha." canda si Selim.
(2 hari kemudian, diruang penjara bawah tanah yang sunyi dan sepi.)
Tap tap tap tap (suara kaki melangkah), dan terlihatlah seorang wanita muda berpakaian rapi.
“Hu hu hu ... sungguh sebuah ironi, diatas ironi." ucap sang wanita misterius (berbicara sambil melangkah menuju penjara tempat Mansyur dan Selim berada.)
“Loe ngeledek ya? hai wanita tua." ujar Mansyur.
“Hahaha ... lihatlah dirimu. Sudah jatuh ditimpa tangga pula, itulah nasibmu sekarang hahaha. Aku telah mengetahui berita tentang pengusiranmu dari Istana, dan sekarang kau hanya bisa meringkuk disini karena kekonyolanmu sendiri hahahah ... ooh maaf, mungkin aku sedikit lancang ... perkenalkan, aku adalah Mita Minassalam, perwakilan duta besar Kerajaan Sribuza untuk Kerajaan Bulk."
“Ya, aku pernah ngeliat loe saat pelantikan kenegaraan di Istana Sribuza. Gak gue sangka, loe ditempatkan disini sebagai duta perwakilan ... dan, ayolah ... gue gak pernah benar benar diusir dari Istana kaleee ... loe dapet kabar hoax tuh, gue keluar dari Istana justru karena keinginan gue sendiri, sebagai persiapan gue untuk menjadi Raja yang hebat di masa depan.” kata Mansyur.
“Kau tak perlu berbohong lah. Kau sangat ingin keluar dari penjara menyedihkan ini ya? sampai-sampai harus berbohong segala.” ujar Mitamin.
“Tidak ... Tuan Mansyur benar.” Selim menyela.
“Buat apa coba, Raja Sribuza sampai harus repot repot memberikanku perintah untuk menyertainya sebagai pengawal pribadi, selama ia berada di luar wilayah kerajaan ... ? kalo emang Tuan Mansyur sudah di usir dan dicoret dari keluarga kerajaan?"
Suasana menghening.
“Ini hanya perhitunganku sih.” Selim meneruskan.
“Tapi, situasinya sudah jelas bahwa Tuan Mansyur sebagai satu satunya pewaris tunggal Kerajaan Sribuza telah di jebloskan di penjara kerajaan tetangga yang merupakan sekutu sekaligus sama sama bagian dari wilayah perlindungan United. Kamu tahu kan, apa yang akan terjadi bila kabar ini menyebar sampai ke telinga Raja Sribuza?"
Mita kembali terdiam dan berfikir keras.
“Hmm. haha ... jadi begitu ya, sekarang loe cuma punya satu pilihan, keluarkan kami dari sini dan jamu kami sebagai tamu negara. Sebagai imbalannya jabatan loe sebagai Perwakilan Kerajaan Sribuza di mari, bakal tetep aman sentosa tak akan terusik sama sekali, sepakat?" ujar Mansyur sombong.
“Hmm ... kalau benar, apa yang kau katakan ... oke baiklah, kita sepakat” kata Mita (sambil bersalaman tangan dengan Mansyur.)
Merekapun dikeluarkan dari penjara dan diperlakukan sebagai tamu negara. Lalu, mereka dibawa ke Istana negara dengan menggunakan kereta kuda.
Sfx : dru duk dru duk dru duk.
(Scene diambil dengan cara, kereta kuda melangkahi kamera.)
"Huahhhh ... akhirnya lolos juga gue dari penjara sempit itu … hahaha, kita beruntung Lim." ujar Mansyur.
"Kita bisa masuk kesana kan, gara gara Tuan ... capedeh."
"Yaudah maaf ... loe juga sih, gak ngasih tau gue dari awal ... untung kita punya pemandu wisata, disini. Aman lah hehehe."
"Pemandu wisata?" tanya Mita.
"Eh btw, apakah hukum penggal itu gak terlalu kejam ya? Bukankah ajaran agama penuh dengan kasih sayang Lim?" tanya Mansyur.
"Ajaran agama memang penuh dengan kasih sayang, Tuan. Tapi selain itu kan ada juga aspek keadilan dalam agama ... dan hukum penggal adalah bagian dari aspek keadilan agama tersebut, Tuan … coba Anda bayangin kalo si pembunuh gak di hukum secara adil dengan cara dipenggal ... pembunuhan akan merajalela, Tuan ... gak akan ada lagi orang yang takut untuk menghilangkan nyawa orang lain dan gak akan ada lagi juga, orang yang jera setelah melakukan kejahatan, ya kan?" papar Selim.