Tengah malam pun tiba, semua rencana telah disiapkan dengan matang ... semua Penjaga disingkirkan secara hati hati ... layaknya Ninja, mereka menyingkirkan Penjaga Pintu dengan sekaligus, tanpa menimbulkan kebisingan sedikitpun.
Lalu, tibalah saatnya Mansyur masuk ... dan dengan hati-hati ia membuka pintu dan menutupnya kembali.
Sfx : krieeet.
Lalu, Mansyur mengacungkan senjata yang dibawanya tepat di atas leher Raja.
“Maafkan aku, yang mulia.”
Sfx : whuuuutttt ... (suara angin dari tebasan kapak yang dibawa Mansyur untuk membunuh Raja.)
Sfx : tring ... (Raja yang tadinya memejamkan mata, tiba tiba saja membuka mata dan menangkis sabetan senjata Mansyur dengan sebuah belati.)
“Buat apa kau meminta maaf untuk melakukan sesuatu yang bukanlah kepentinganmu?” ujar Raja.
Sfx : drap drap drap ... suara langkah kaki Pengawal Raja yang ternyata dari tadi bersembunyi di setiap sudut ruangan.
Lalu Mansyur pun diamankan dan Raja pun bangkit dari tempat tidurnya lalu menghampiri Mansyur.
“Terlalu dini bagimu, jika ingin membunuhku dengan cara amatir begitu, BOCAH!!! ... HAHAHAHA.” kata Raja.
“Kurang ajar kau …. ” Mansyur berontak sekuat tenaga,
“Percuma saja ... kau itu lemah, kekuatanmu tak ada apa apanya dibanding para tentaraku ini.”
Mansyur terus berontak, dan satu tangannya yang sedang memegang senjata berhasil melapaskan diri dan langsung saja ia melemparkan senjata itu ke arah Raja.
Namun Raja berhasil menghindarinya dan ….
Sfx : prangggg.
Jendela ruangan tersebut pecah karena terjangan kapak yang dilemparkan Mansyur.
Sfx : drap druk.
“Aduh ... oi oi, pelan pelan napah.” kata Mansyur.
Mansyur segera di paksa untuk tiarap dengan tangan di belakang ... dan di tahan oleh Pengawal Kerajaan.
“Haha … usaha yang bagus ... kan sudah saya katakan, cara amatirmu itu tak akan mungkin bisa membunuh ... akkkhhhh.”
Sfx : jlebb.
(Tiba tiba, sebuah anak panah menancap tepat di pundak Raja dan tembus hingga ke leher, dan Raja pun tewas tak lama kemudian.)
"Hmm ... hehehe." Mansyur tersenyum sambil mendengus.
(5 jam sebelumnya.)
“Sudah paham kan? jadi strateginya, gue lah yang jadi umpan … lalu loe-loe semua ngamanin sekitar.”
“Lalu siapa yang akan jadi eksekutornya?”
“Sudah jelas, siapa dari kalian yang mempunyai skill memanah paling akurat?”
“Tentu saja, Batuah paling hebat masalah beginian.” kata Datuk.
“Oke, sudah di tentukan.” kata Mansyur.
“Gue jelasin lagi rencananya, gue akan bawa nih kampak dan masuk ke kamar Raja buat jadi umpan mereka. Lalu gue akan berusaha untuk memecahkan kaca kamar itu. Lalu Batuah, tembakkan anak panah itu dari gedung parlemen yang kebetulan pas menghadap ke kamar itu. Setelah survey lapangan dan hasil pengamatan Selim tadi sore, pengamanan Raja itu sangatlah ketat bahkan hingga di tempat tidurnya pun dijaga ketat ... pengamanannya juga ada di setiap sudut. Karena itulah kita harus mengamankan para penjaga itu dengan efektif, dan kita memerlukan umpan untuk mengalihkan perhatian para penjaga. Karena itulah, cuma gue yang bisa dijadikan umpan. Setelah gue masuk, kalian berjaga jaga aja di depan kamar, kalo kalo ada apa apa yang terjadi pada gue, okey?"
"Oke."
“Lalu, Batuah ... loe stand by di gedung parlemen itu dan pastikan sudut dan akurasi nya tepat ... arah angin pastinya akan mempengaruhi akurasi, pastikan sudutnya pas.” kata Mansyur lagi.
“Siappp.”
“Lim, loe temenin Batuah disana.”
“Oke.” kata Selim.
(Kembali ke waktu sekarang.)