Si Mansyur

egagology
Chapter #5

Penghianat

[Kembali ke masa kini.]


“HEI ... CEPAT ANGKAT DIA KE RUANG KESEHATAN!!!” teriak laksamana.

“SI ... SIAP KOMANDAN!!!” teriak para bawahannya.

“Ayo.” kata Mansyur.

“Dimana ruang kesehatannya?” tanya Selim.

“Disana Tuan ... mari ikuti saya.” 


Sfx : drap ... tap ... tap ... tap.


“Sepertinya dia syok ngeliat kakaknya.” 

“Ya, sepertinya ingatan masa lalu dia sudah mulai kembali.” 


Sfx : tap tap tap (suara sepatu Laksamana Cheng Se dan Pangeran Gok Sog Gong.)


“Bagaimana kalian bisa menemukannya!!?” tanya laksamana.

“kami hanya kebetulan bertemu di jalan kok.” kata Mansyur.

“Ya ... dia berusaha mencuri perbekalan kami.” kata Selim.


Sfx : ckiitt (Mansyur mencubit Selim.)

“Adawww.” teriak Selim.

“HAAAHHH ... benarkah itu!!? waduh, tolong maafkan kelakuan adik saya ya, Tuan Mansyur.” kata laksamana.

“Iya, gak apa apa kok ... dia, mencuri juga karena terpaksa.” 


“Lalu, bagaimana kalian tau kalau dia adalah adik saya?” 


“Kebetulan, ada seorang tentara kerajaan yang memberitahu kami tentang hal itu ... karena itulah kami memutuskan untuk langsung menanyakannya pada Anda ... ” kata Mansyur.


Laksamana Cheng Se pun mulai menceritakan masa lalunya yang kelam.


“Saat itu, saya sangat terpukul mengetahui kedua orang tuaku telah menjadi abu bersama rumah kami yang terbakar dan adik saya menghilang entah kemana … ada dugaan, rumah kami dibakar seseorang, karena ayah pada saat itu menjabat sebagai penasehat kerajaan. Tapi akhirnya kasusnya sendiri hanya dianggap sebagai kecelakaan kebakaran biasa, karena sama sekali tidak ada bukti yang ditemukan di tkp. Kehilangan orang tua dan adik kesayangan … membuat saya terguncang … butuh beberapa tahun bagi saya untuk bisa move on lagi setelah tragedi tersebut.” kata laksamana.


“Saat kejadian, Anda sedang dimana?” 


“Saya, sedang mengikuti wajib militer hhhh ... karena itulah saya bisa selamat dari kejadian naas itu. Ya, namun saya juga bersyukur ... karena hal itulah, saya menjadi terpacu untuk terus berlatih dan fokus pada bidang militer ... dan hasilnya, seperti sekarang ini, saya berhasil maju hingga akhirnya saya bisa diangkat menjadi seorang laksamana angkatan laut kerajaan.” 


tiba tiba Selim mencolek Mansyur dan berkata,


“Tuan, kita kan mau nanya tentang kondisi perbatasan.” bisik Selim pada Mansyur.


“OOO ... iya, laksamana ... ada hal yang ingin kami tanyakan lagi ... kami ingin mengetahui tentang kemungkinan kami untuk keluar dari wilayah kerajaan ini ... gimana keadaan perbatasan saat ini?” 


“Untuk sekarang ini, perbatasan sedang di kepung musuh ... Raja Gong, sedang berusaha memukul mundur mereka ... untuk saat ini, jalan daratan sangat beresiko untuk kalian ... satu satunya jalan adalah, lewat jalur lautan ... namun, maaf untuk saat ini kami tidak bisa mengawal kalian ... karena kami disini juga sedang membangun formasi pertahanan, untuk menyambut kapal kapal penyerang Mongol.” 


“Hmm ... begitu ya.” 


“Ya, memang persiapan kita sudah sangat matang ... tapi, kau harus tetap selalu waspada laksamana ... sepertinya, ada penghianat di dalam kerajaan kita.” kata Pangeran Gong.


“HAAAHH ... SIAPA DIA PANGERAN ... ?” kata laksamana.


“Sssttt ... hanya beberapa orang termasuk saya yang mengetahuinya ... namanya Dibanbu.” 

“Dibanbu ... ??” kata Mansyur.

"Lalu, pangeran mengetahui informasi itu dari mana?" kata laksamana.


"Ya, seorang mata mata kerajaan berhasil merampas surat dari Hulagu Khan ... surat itu ditujukan pada seseorang bernama Dibanbu."


"Lalu apa isinya?"

"Isinya adalah, Mongol dengan senang hati akan menerima segala bantuan yang diberikan Dibanbu dalam langkah invasi besar besaran Dynasty Gong."

"Lalu, siapa dia? siapa Dibanbu itu? seingat saya, tak ada seorang pun di lingkungan kerajaan yang bernama Dibanbu?"

"Nah, itulah yang jadi masalah ... ” kata Pangeran Gong sambil garuk garuk kepala.

"Mungkin nggak, kalau nama itu adalah nama samaran ... atau, lebih buruk lagi ... mungkin saja, surat itu hanya jebakan untuk mengacaukan pemerintahan?" kata Mansyur.

"Hmmm ... kalau, surat itu hanya tipuan ... tidak mungkin juga sih ... pada kenyataannya, Mongol benar benar menyerang ... dan, masalah surat ini pun ... hanya keluarga kerajaan saja yang mengetahui isi nya.” kata Pangeran Gong.

"Hmmm ... jadi, opsinya hanyalah fakta bahwa di dalam kerajaan ini ada seorang penghianat ... begitu ya? tak mengherankan juga sih, kalo dia pake nama samaran.” 

“Dibanbu ... hmmm ... Dibanbu ya ... ?” laksamana berpikir keras.

Lihat selengkapnya