“Vu ... Vulan? kenapa? kok bisa jadi seperti ini? apa yang sebenarnya terjadi, Vulan?” Mansyur bertanya-tanya dalam hatinya.
“Hahaha ... melihat ekspresimu, sepertinya kau sangat terkejut sekali ya? hahaha.” kata Lee Chien Tong.
“Hhhiiiiiieee!!! khhhh hh hh hh …. ” Mansyur terlihat gregetan, merapatkan kedua gerahamnya dan meluapkan kekesalannya.
“Hahahaha ... kau seharusnya berbangga hati, dia secara khusus kukukirimkan sebagai mata mata dan pengawas segala gerak gerikmu di kerajaan ini. Melihat intervensimu atas prosesi kudeta di wilayah Kerajaan Bulk, kukira kau adalah orang yang cerdik dan berbahaya sehingga bisa menjadi ancaman buat semua rencana militer yang telah kupersiapkan. Namun pada kenyataannya, kau tak lebih dari bocah yang tak tahu apa-apa ... hahahaha …. ”
“Jadi selama ini paman hanya berpura pura baik kepadaku ya, paman? tidak mungkin ... semua ini pasti tidaklah benar kan? paman telah mengabdi pada kerajaan selama bertahun tahun kan? dan bukankah paman mengakui sendiri bahwa paman sangat mencintai kerajaan ini?” kata Pangeran Gong.
“Hahaha ... pangeran … saya itu hanya berpura pura setia mengabdi pada raja. Hah … sialan memang, saya telah membuang-buang waktu saya selama bertahun tahun ini, hanya untuk berpura pura manis pada kalian semua … cih. Ya, namun semua itu pantas dilakukan, karena dengan berpura-pura seperti itu, akhirnya semua tujuanku dan semua ambisi rencanaku selama ini bisa berjalan dengan mulus dan lancar seperti saat ini hahahaha. Ya, tapi kau benar pangeran, saya memang sangat mencintai kerajaan ini dan semua ini saya lakukan tak lain dan tak bukan, karena rasa kecintaanku kepada kerajaan dan seluruh rakyat kerajaan. Demi kerajaan ini dan para rakyatnya, apapun akan kulakukan.”
“Ap ... apa? apa sih yang kau bicarakan? jelas-jelas loe cuma mau memenuhi ambisi pribadi loe aja, dengan cara membiarkan para penjajah penjajah itu mengobrak abrik kerajaan ini kan?” kata Mansyur.
“Kau tak tahu apa apa, bocah ... !!! itulah kenapa kukatakan, kau itu tak lebih dari seorang bocah yang tak tahu apapun tentang Mongol dan negara ini. Jika kau mengira mereka hanyalah sekumpulan suku barbar yang kampungan. Kau telah salah besar. Beberapa dekade ini, Kekaisaran Mongol terus berkembang dan bersatu menjadi kekuatan yang sangat besar. Dan, sebagai negara yang berbatasan langsung dengan mereka, dan dengan kekuatan besar mereka. Penaklukan atas kerajaan ini selalu bisa saja terjadi kapanpun. Karena itulah, sebagai negara kecil, negara yang cinta damai serta selalu menjaga perdamaian di negara ini. Menyerah kepada mereka adalah jalan terbaik. Namun Raja Gong, tak peduli pada semua itu. Yang dia pedulikan hanyalah kekuasaan dan harga diri dirinya sendiri ... bagaimana? sudah jelas kan? akulah pahlawan yang sesungguhnya di negeri ini. Kecintaan ku pada kerajaan ini sangatlah besar dan tak sebanding dengan kalian semua, para penjilat kekuasaan.”
“Ap ... apa? kau sudah gila kah? apa sih yang loe pikirkan? menyerah tanpa berperang hanyalah tindakan seorang pengecut yang tak pantas untuk di banggakan!!! loe gak usah mengelak, bapak tua. Bukankah pemberontakan ini loe lakukan hanya agar loe gak kehilangan jabatan kekuasaan di daerah kekuasaan kerajaan Gong ini, ya kan? justru, kau itulah yang lebih pantas disebut sebagai penjilat yang haus kekuasaan.” kata Mansyur.
“Hahahaha ... tindakan pengecut? kami, tidak seperti negaramu atau negara indukmu itu, tong. Mereka rela berperang habis habisan hanya demi sebuah harga diri, rela berperang hanya karena satu wilayah, dan bahkan mewariskan peperangan itu pada anak cucu kalian tanpa sedikitpun memikirkan efek dan para korban yang harus ditumbalkan dari peperangan itu. Hah ... menggelikan ... hahaha ... lihatlah, apa yang terjadi pada perang cross yang telah kalian lakukan atas dasar agama. Agama kami tidak seperti agamamu yang serampangan itu, tong. Agama dan negara kami lebih peduli pada kedamaian. Menyerah dengan damai, itu lebih baik daripada menumpahkan darah yang tidak perlu.”
“Damai ... ? hahaha ... damai? kau berusaha membunuh raja mu sendiri, bung ... dan entah, sudah berapa nyawa tentara kerajaan yang telah dibunuh oleh Mongol si penjajah itu ... itu yang loe sebut kedamaian?”
“Itu semua, karena mereka mengikuti perintah raja... dan itu adalah pilihan mereka sendiri yang tidak sayang nyawa ... itu masih lebih baik, dibandingkan bila kerajaan ini melakukan perang habis-habisan melawan Mongol. Mereka pasti akan membantai kita, dan kedamaian yang tercipta di dalam kerajaan ini akan hancur tak bersisa sama sekali.”
“Cih ... menggelikan sekali ... loe gak tahu apa yang akan mereka lakukan pada negara ini, bukan? mereka itu adalah negara militer ... kau lihat saja apa yang akan terjadi, kau pasti akan menyesal atas apa yang sudah kau lakukan ini ... dan, asal kau tahu ... mati sebagai pahlawan di medan perang, lebih terhormat dibandingkan mati sebagai manusia yang terjajah.”
“Su ... sudah!!! cukup paman ... hentikan semua ini sekarang juga!!!” kata Pangeran Gong.
“Tidak bisa, pangeran ... maafkan saya ... tapi benar kata Anda, pembicaraan ini mesti diakhiri sekarang juga … ok, BUNUH MEREKA BERDUA SEKARAAANGGG!!!” kata Lee Chien Tong.
Namun, belum juga senjata senjata pasukan Lee Chien Tong memutuskan urat leher Mansyur dan Pangeran Gong. Tiba tiba di dekat mereka berdua meletus 2 buat bola yang mengeluarkan asap pekat.
Sfx : pssssssss ... bhusssssss … wussssss ... sssss ... syuusssssssss.
“Uhuk uhuk uhuk.”
Sfx : mmpphh ... tap tap set set set set ….
“A ... APA INI? SIAPA YANG MEMBUAT ASAP INI WOIIII!!!? uhuk uhuk uhuk.” kata Lee Chien Tong.
“CEPAT!!! HILANGKAN ASAP ASAP INI!!! CEPAAATTT!!! uhuk uhuk.”
Sfx : wusssss ... wusss ... wusssss ... wushhhh.
“Lho, kemana mereka semua? gawat mereka semua kabur? Vulan dan Kong juga menghilang!!!” kata seorang tentara.
“Gawat!!! sepertinya ada penyusup yang menculik mereka!!!” kata tentara lainnya.
Sfx : tap tap tap … trek tuk tuk.
Lee Chien Tong mengambil sesuatu yang tampak seperti sebuah bola kecil berwarna hitam.
“Tidak ... Khhh … cih ... Vulan telah mengkhianati kita ... kurang ajar ... khhhh.” kata Lee Chien Tong.
Sfx : trak tuk tuk.
“Bagaimana tuan bisa yakin?” kata seorang tentara.
“Bola hitam yang bisa mengeluarkan asap ini adalah senjata rahasia kita ... dan hanya agen agen kita yang mengetahui dan memakainya. Tak kusangka, dia akan menghianatiku secepat ini … khhhh.”
“Bagaimana bisa ya? otaknya telah dicuci,tapi bagaimana bisa dia menjadi penghianat? ini tak bisa dibiarkan, aku harus mencari tahu.” kata Lee Chien Tong dalam hati.
[Di dalam semak semak dan pepohonan.]
“Phuuuwaaahhh ... oi apa apaan ini? sampai kapan loe mau nyumpel mulut gue macem ini?” kata Mansyur kesal.
“Ssssttt ... mereka masih berada disana, jangan sampai mereka menemukan kita disini.” kata Vulan.
“Hei ... loe kan anak buah si keparat itu, ngapain loe malah sembunyi disini nyelametin gue?”
“Tenang, saya sekarang berada di pihak kamu, Syur ....”
“Halah ... loe gak bisa nipu gue lagi untuk kedua kalinya ... gak usah pasang muka manis menjijikkan loe itu lagi di hadapan gue, cih ... cepat pergi sanaaaaahhh!!!”
“Kau tahu, saat kebakaran yang merenggut nyawa kedua orang tuaku, mereka menculikku dan mencuci otakku supaya patuh dan taat pada Dibanbu dan Lee Chien Tong itu. Tapi, saat tadi aku melihat wajah kakakku ... ingatan lamaku kembali lagi, ingatan dan tujuan hidupku telah kembali normal. Kini, misiku adalah mengalahkan Dibanbu yang telah menyebabkan terbunuhnya kedua orang tuaku.”
"Gue gak akan tertipu lagi kali ini ... sudah, cepat tinggalkan gue sendiri ....
"Syur, lihat mata saya? saya ini jujur, gak bohong sama sekali ... buat apa coba, saya rela mengkhianati Dibanbu ... dia kan satu satunya tempat saya untuk kembali saat ini ....
"Tentu saja, untuk memata matai kami lebih jauh ... gue dah tau, semua rencana busuk kalian .... "
"Dibanbu ingin kalian dibunuh, buat apa saya nyelametin kamu?"
“Kchh ... baiklah, tapi gue akan terus mengawasi loe ... dan btw, loe melewatkan point penting yang amat penting ... PANGERAN GONG MASIH DISANAAAA, BODOOH ... fppphh.” kata Mansyur.
“Sttt ... kan sudah saya bilang, jangan keras keras ... tenang, semua sudah terkendali ... Pangeran Gong sudah diselamatkan Selim.”
“hah ... ? bagaimana caranya?”
[Flashback sesaat setelah Cheng Se keluar dari kamar Vulan.]
"Gawat ... aku harus segera kesana" kata Vulan dalam hati.
Sfx : tap tap tap ... set set.
"Haduhhh gawat ... disini ramai sekali orang lalu lalang ... baiklah."
Vulan pun, berjalan santai ke arah luar ruangan.