"Kita memiliki keuntungan jumlah pasukan dan penguasaan medan … kali ini, 2 tikus curut itu pasti akan terperangkap di kandangnya sendiri hahaha" kata komandan.
Sfx : tap drap drap.
"Aaa … apaaa? ... gawat ... kita terjebak." gumam Selim.
"Suara apa itu, Lim?" tanya pangeran.
"Sepertinya Itu suara langkah kaki para pasukan, pangeran ... dan bunyinya bukan dari satu arah. tapi dari segala arah jalan ini ... gawat, kita terjebak pangeran" kata Selim.
"Lalu, apa yang harus kita lakukan?"
"Saya juga gak tau nih, pangeran? kita sudah benar-benar terjebak."
Tiba tiba, dari celah tersembunyi pada tembok pembatas kedua sisi gang itu. Keluarlah 2 tangan misterius yang menarik dan menyumpal mulut mereka berdua.
"Mmpphhh ... eueueu."
"SSSTTT …. " terdengar suara menyuruh diam.
[Di Luar.]
Sfx : drap drap drap terdengar suara langkah kaki para tentara.
"Lho, mereka tidak ada ... kemana mereka?"
"Pasti ada tempat persembunyian tersembunyi di sekitar sini ... CARI SAMPAI DAPAAAT!!!" kata komandan pasukan.
Sfx : set set set.
"Di lorong ini sangatlah gelap, komandan. Sepertinya mereka tidak ada di sekitar sini."
"BERPENCAAAR!!! CARI MEREKA KE SEGALA ARAH LORONG INI!!"
Sfx : drap drap drap drap drap.
….
….
….
[Di tempat gelap dan sunyi.]
"mppphhm … mpphhhmm …. " kata Selim berusaha berbicara dengan mulut tersumpal.
"Apakah mereka sudah pergi?" tanya seorang pria.
"Sepertinya sudah." kata seorang wanita.
“huft.”
Mereka berdua pun melepaskan penyumpal di mulut Selim dan pangeran.
"Fuaahh ... kalian siapa sih?" kata pangeran sambil menengok ke arah belakang.
"Lho ... Mansyur? Vulan?" kata pangeran seraya kaget.
"Sejak kapan kalian dimari?"
"Sejak melihat kalian berdua keluar dari hutan dan mengarah ke jalan ini. kami pun langsung memotong jalan lewat jalan pintas dan menuju kemari." kata Vulan.
"Tapi, hebat juga ya. Di tembok batu seperti ini, ternyata ada pintu tersembunyinya." kata Mansyur.
"Daripada itu, lebih baik kita pikirin bagaimana langkah kita selanjutnya ini? kita sudah menjadi buronan kerajaan. Mongol akan datang. Lalu kita mau lari kemana?" tanya Vulan.
"Hmm ... gak tau kalo lu, kalo gue sama Selim sudah pasti tujuan kami adalah menuju ke kota El Baghdudi, pusat Negara Amir United. Dan sebenarnya, kalo gue bisa keluar dari sini menuju El Baghdudi. Dengan kapasitas gue sebagai pangeran dan sekaligus utusan diplomasi negara di Sribuza. Sepertinya gue bisa sih, meminta bantuan mereka untuk menyelamatkan negara ini dari penjajahan. Gimana pangeran, mau ikut saya?" kata Mansyur.
"Hahaha lu siape emang? songong amat mau merintahin negara lain yang bahkan gak kenal lu, untuk menyerang negara ini?" kata Vulan.
“Hah?” Mansyur kaget.
"Kerajaan lu kan kecil ... kerajaan kecil lu itu aja di banggain ... lu juga kan diusir bokap lu dari kerajaan. Hiyyaaaaa kasian." Vulan berusaha meledek.
"A … APAAA?"
"Sudah, sudah, tuan ... tahan dulu emosinya, jangan di ladenin." kata Selim mencoba menenangkan.
"Cihh ... LOE, VULAN, DASAR MUKA TOPENG … LOE PENGKHIANAT KERAJAAN …. " kata Mansyur.
" …. "
Krik krik krik krik.
"Gue patah hati denger kata-kata loe barusan, Sur" kata Vulan.
"Haaahh?" Mansyur setengah kaget.
“....” krik krik krik.
Sfx : buk puk puk puk.
"Bercanda kok, serius amat sih hehehehe. Baiklah, jadi fokus kita adalah keluar dari kerajaan ini menuju El Baghdudi, pusat Negara Amir United" kata Vulan sambil menepuk-nepuk punggung Mansyur.
“Gue gak ngajak loe” kata Mansyur.
"Oooo … jadi loe tega, kalo saya akhirnya dipenggal oleh mereka ya, Syur?" tanya Vulan.
"Kalian ngomongin apaan sih? sudah sudah … sekarang permasalahan kita adalah gimana caranya keluar dari kerajaan ini?" Selim menyela.
"Hhh ... oke, gak usah pusing ... kita langsung aja lah, TEROBOS GANG-GANG TIKUS DI KERAJAAN INI, LALU KITA KELUAR LEWAT PINTU GERBANG BENTENG DI PERBATASAN." kata Mansyur dengan semangat berkobar.
“ …. ”
"Iya, tapi gimana caranya kita melewati perbatasan itu, tuan!? itulah yang menjadi permasalahan." kata Selim sambil tepok jidat.
"Masih ada satu jalan." kata pangeran.
"Apa itu pangeran?" tanya Selim.
"Pasukan penjaga benteng biasanya akan bergantian ship jaga pada malam hari, hal itu harus kita manfaatkan sebaik mungkin."
"Benar juga ... kita bisa menyamar sebagai pengganti mereka, lalu kabur sebelum pengganti yang asli tiba di gerbang itu." kata Vulan.
"Baiklah, kita beraksi malam ini. Untuk sementara, sekarang kita siapkan dulu bahan-bahan penyamaran. Aduh, kemana ya para tentara yang tadi ngejar kita? kita butuh baju mereka, bajunya harus kita rampas." kata Mansyur.
[Malam harinya.]
"Akhirnya malam juga, yuk kita c'mon." kata Vulan.
"Ayo." kata pangeran.
[Sementara itu di kuil dekat istana.]
Druk druk druk druk … tap tap tap tap tap tap.
"Haduuuh … gimana ya cara ngomongnya?" gumam seorang pria Besar berseragam prajurit, lengkap dengan lencana berpangkat tinggi ... dia tetap berjalan cepat menuju ke dalam kuil.