Crek crek crekk tap tap tap tap tap ... suara langkah kaki Lin To Long.
"Hmm ... saya yakin, mereka pasti bersembunyi di sekitar sini, tapi di mana ya?" kata Lin To Long dalam hati.
Tap tap tap tap ... tap ... tap ... tap.
"Apa mereka terjatuh di tebing ini, lalu jatuh ke sungai itu ya? sepertinya disini juga tak ada alat ataupun barang yang bisa dijadikan sebagai tempat bersembunyi." gumam Lin To Long.
Druk druk druk ... krrr ... tap tap tap.
Tiba tiba seseorang dengan menungggangi kuda menghampirinya Lin To Long.
"Lapor komandan? kami tidak menemukan mereka sama sekali. Kami telah menelusuri hutan ini. Tapi, tak ada satupun tanda tanda keberadaan mereka. Bagaimana ini komandan?" kata orang tersebut.
" .... "
"Baiklah, untuk sementara. Kita akhiri pencarian ini. Kita kembali ke benteng perbatasan."
"Siaapp!!! komandan."
Para pasukan kerajaan pun, kembali ke benteng dan menghentikan sementara pencarian mereka.
Krskk krsskk.
"Hufftff ... mereka sudah pergi?" bisik pangeran.
"Iya ... untung saja kita bisa memotong ilalang-ilalang dan tumbuhan di sekitar sini, sehingga kita masih sempat untuk menyamarkan diri disini." bisik Vulan.
"Ayo cepat kita keluar dari sini."
"Tunggu pangeran, kita jangan gegabah. Mungkin saja ini adalah jebakan dari mereka. Mungkin saja mereka saat ini sedang bersembunyi di suatu tempat. Kita harus memastikan mereka telah pergi terlebih dahulu."
"Bukankah komandan mereka yang sadis itu telah mengatakan bahwa ia akan kembali ke benteng?" kata pangeran.
"Kalau dari gerak-geriknya, tidak mungkin mereka mau pulang dengan tangan hampa. Mungkin, perintah itu adalah pancingan supaya kita lengah sehingga kita lebih mudah tertangkap oleh mereka ... karena itu, lebih baik kita menunggu disini sedikit lagi saja, hingga pagi menjelang."
"Baiklah."
[Keesokan Harinya.]
[Siang hari.]
[Di kereta kuda.]
Mansyur dan Selim tengah di bawa kereta kuda menuju pusat kerajaan.
Druk druk druk druk druk ….
"Hiaa ... hiaaa ... hiaaaa." teriak kusir kuda.
“Waaaa ... waaaa ... waaaaa …. ” suara orang bersorak sorai.
"Sepertinya, ramai sekali disini ... ada apa yang Lim?" bisik Mansur.
"Gak tau juga tuan, sepertinya sedang ada perayaan."
"Perayaan apa Lim? gak mungkin lah ... masak di situasi perang begini, mereka mengadakan perayaan?" bisik Mansyur kaget.
"Mereka sedang menyambut raja baru dan era baru." kata salah satu pengawal yang mengapit mereka berdua.
"Hah?" Mansyur dan Selim kaget bersamaan.
"Hulagu Khan sebagai orang yang paling berjasa menggulingkan Dinasti Gong, telah dilantik menjadi raja baru dari Dinasti baru, yaitu Dinasti Mong."
" .... "
"Haha, kalian harusnya menyaksikan sendiri. Bagaimana semua rakyat bergembira dan merayakan penobatan sang raja. Itu menandakan, bahwa semua rakyat kerajaan sangat mendukung dengan. penuh penggulingan Dinasti Gong ini dan terbentuknya dinasti baru ini."
"Tu ... tunggu dulu ... perangnya telah berakhir?" tanya Mansyur.
" .... "
"Tidak bisa di percaya. La ... lalu bagaimana nasib para angkatan laut? Laksamana Cheng Se dan yang lainnya? ... nooooo ... jangan bilang kalau mereka semua ... mereka semua, termasuk Laksamana Cheng Se telah gugur di medan perang!!? tidak ... tidak mungkin …. ” Mansyur sedikit terlihat pucat pasi seakan tak percaya pada kenyataan yang terjadi saat ini.
Sfx : ckiiiiittt ... sreeeekkk ... krrrrh.
“Hah … eh?“
"Ok ... kita sudah sampai ... ayo, cepat keluar bergantian" kata prajurit pengawal lainnya.
Tap ... druk ... tap tap tap ... druk tap tap.
Tibalah mereka di sebuah bangunan tua seperti gudang tua berlantai 2. Dan disana telah ada beberapa prajurit pengawal yang berjaga jaga.
"Ayo ... jalaan!!" kata seorang prajurit pengawal.
Tap drap tap tap tap tap tap tap tap tap tap tap tap tap tap.
Sfx : klonteng ... kriet ... cklek.
"Kalian berdua, akan ditempatkan di sel bawah tanah ini, bersama dia!!!" kata prajurit.
"Khhhrt ... hmmm ... hah ... tu, tuan ... itu laksamana ... dia laksamana kan?" tanya Selim sambil menunjuk seseorang di dalam penjara.
Sfx : trenggg teng.
"LAKSAMANA CHENG SE!!!? ANDA LAKSAMANA CHENG SE KAN!? ANDA MASIH HIDUP!?" tanya Mansyur kaget, karena melihat sesosok manusia kusam berpakaian serba putih dengan bercak darah di mana-mana, bersabuk hitam dan menggunakan topi khas laksamana.
" .... "
"AYO, CEPAT MASUUKK!!!” kata prajurit.
Buk ... bruk ….
"Aduh …. ” kata Mansyur dan Selim.
"Silahkan kalian be-reunian sepuasnya disini, sampai saat eksekusi hukuman tiba untuk kalian ... hahahahahaha." prajurit tertawa.
"Kurang ajar bapak tua itu ... kasar sekali dia, main dorong-dorong aja … adu … duuuh." kata Mansyur.
"Laksamana, apa sebenarnya yang terjadi?" tanya Mansyur.
" .... "
"Laksamana?"
Sfx: puk ... puk ....