[Di tempat pangeran dan Vulan.]
Tap tap tap.
Sfx : deegggg … sreekkk ... tiba tiba Vulan berhenti berjalan.
"Ada apa, Lan?" tanya pangeran.
"Tunggu dulu pangeran ... Ma … Mansyur dan Selim!!! bukankah mereka berdua tertangkap oleh Pasukan Dibanbu!!!? maaf pangeran, saya harus secepatnya menyelamatkan mereka." kata Vulan sambil bergegas berbalik arah dan meninggalkan pangeran sendirian.
Brukkk … pangeran terjatuh.
"Aduh ... tunggu!!!"
Sfx : tep ... greeeppp ... gyut ... pangeran menarik tangan Vulan.
"Tidak Ada waktu lagi, pangeran ... saya harus menyelamatkan mereka. Jika tidak cepat cepat, mereka berdua pasti akan segera dieksekusi oleh pasukan tersebut." kata Vulan.
"LALU, BAGAIMANA CARANYA KAU AKAN MASUK KE SANA TANPA TERTANGKAP OLEH MEREKA!!?" kata pangeran.
" .... "
"Lalu, apa kau bisa yakin mereka masih selamat, saat ini?" tanya pangeran.
"Saat di luar pintu gerbang benteng itu bukankah kita mendengar beberapa suara pedang yang ditarik bersamaan kan?” kata pangeran.
“Ya, memang … namun setelah itu saya mendengar suara teriakan komandan mereka, yang memerintahkan untuk menghentikan penyerangan. Dan disertai suara perintah penangkapan serta perintah untuk tidak membunuh mereka berdua. Saya yakin, mereka berdua saat ini pasti masih selamat dan di penjarakan di suatu tempat." kata Vulan.
"Apakah itu mungkin? sedangkan, ketika pertama kali saya mengetahui kejahatan Paman Tong saja. Saat itu dengan segera ia memerintahkan pengeksekusian terhadap saya dan Mansyur untuk kan?"
"Kali ini sepertinya beda, pangeran. Situasinya telah berbeda. Karena mereka tidak ada kepentingan untuk membunuh Mansyur dan Selim. Pasti saat ini di dalam sana, Lee Chien Tong sedang merencanakan sesuatu, entah rencana apa itu. Karena itulah izinkan saya untuk menyelamatkan mereka berdua, pangeran."
"Ya, itu dia? bagaimana caranya?"
“....”
"Saya akan menyerahkan diri." kata Vulan.
"JANGAN GILA!!!! iya sih, kamu bilang Paman Tong sepertinya sedang membuat rencana. Tapi kamu kan sudah dianggap pengkhianat oleh mereka. Selain itu, kita juga tidak mengetahui dengan pasti apakah instingmu tersebut benar atau malahan justru saat ini mereka berdua telah mati?
"Tidak, saya sangat yakin pangeran, mereka pasti masih hidup."
" .... "
Tiba tiba dari kejauhan.
"HEIIII ... SIAPA ITU!!!!!? BERANI-BERANINYA KALIAN MENGINJAK INJAK LADANG TANAMAN SAYAAA!!!!! HEEIIIII." kata seorang pria paruh baya.
Sfx : deeggg.
"Wa ... waduh pangeran ... siapa orang itu? sepertinya ia sangat marah kepada kita."
"Gak tau ... ayo cepat kita kabur dari sini. Adu ... duh ... kakiku masih sakit."
Sfx : bruk.
"WOOOOOOIIIIII!!!!!"
Sfx : ngiuuuunngggggggg ... ckiiiiiit.
Orang itu langsung menghampiri pangeran dan menarik kerah bajunya sambil berkata.
"WOOIIII ... KAU TIDAK LIHAT YA!!!? INI SEMUA ADALAH TANAMAN HASIL JERIH PAYAHKU!!!? SEMUA INI MAU KU JUAL KE KERAJAAN, BODOOOHH!!! KAU MENGERTI TIDAAAAKKKK!!!!?"
"Ma ... maafkan kami pak. Kami tidak sengaja merusak tanaman bapak. Dan juga tuan saya itu, kakinya sedang sakit, sepertinya terkilir. Lalu kami ini juga orang tidak mampu pak. Tempat tinggal saja kami tidak ada. Karena itulah kami tidak mampu untuk mengganti kerugian bapak. Mohon sudilah bapak memaafkan kami, kami akan segera pergi dari sini." ujar Vulan.
"Hmmm ... tunggu dulu, dia ... ? KAMU?? KAMU INI ADALAH PANGERAN TERAKHIR DARI DYNASTY GONG KAAAN!!!? oooupppsss." teriak pria itu sambil cepat cepat menutup mulutnya.
Sfx : deeeegggg.
"Ko ... kok bisa tau?" tanya Vulan, sedikit pucat.
"Eh tunggu ... saya turunkan dulu ya … maaf … heheheh." kata pria itu.
Sfx : bruuukk ... prruk ... prukk ... prukk.
"Waduh, baju Anda jadi kusut ... maaf ya hehehe." lanjutnya.
“Fhuaahh … hah … huh … hah.” pangeran menghela nafas lega.
" .... "
"Oo ... iya, apa tadi pertanyaanya? bagaimana saya bisa tau ya? jadi begini, tadi pagi pemimpin pasukan kerajaan tersebut datang ke desa kami dan sambil meneriakkan pengumuman penting.
Dia mengatakan, siapa saja yang bisa menemukan pangeran beserta pengawalnya akan diberikan hadiah langsung oleh raja, begitu katanya."
Tap tap tap.
"Waduh ... pangeran, sebaiknya kita cepat kabur dari orang ini." bisik Vulan.
Sfx : set set.
"TAPI ... !!!!!!" teriak pria tersebut.
"Hah?" Vulan kaget.
"Saya sama sekali tak tertarik dengan janji mereka itu." kata pria tersebut.
" .... "
"Ya, kerajaan itu saat ini dikuasai oleh orang-orang Mongol kan? orang-orang Mongol menyerang kerajaan itu sekitar 1 bulan yang lalu, dan sekitar 3 minggu setelah perang pertama meletus, mereka berhasil memasuki benteng. Dan selama peperangan itu berlangsung, para pasukan barbar Mongol tersebut selalu menjarah rumah kami dan mengambil hasil panen serta bahan makanan kami. Karena itulah, hingga saat ini saya masih dendam pada mereka." lanjut pria tersebut.
"Ok … kalau begitu kami akan pergi secepatnya dari sini" kata pangeran.
"Hei ... hei ... tunggu dulu … memang kalian mau kemana? kalian lelah kan? beristirahatlah dulu di rumah saya. Kakimu juga masih terluka kan, pangeran? kalian tak akan bisa cepat-cepat keluar dari wilayah ini dengan kondisi seperti ini."
"Hah? bukankah kami sudah menjadi buronan di wilayah ini? termasuk di desa kamu pastinya kan? ayo Vulan, kita harus cepat-cepat bergerak." kata pangeran.
"Karena itulah kalian, membutuhkanku. Itupun jika kalian ingin selamat."
Sfx : deggg.
"Mmmhhmmm ... sebenarnya apa yang Anda inginkan Pak?" tanya Vulan sambil tersenyum genit.
"Tidak ... tidak ... tidak ... saya hanya merasa iba pada kalian. Terutama kondisi Anda, pangeran. Seorang pangeran kerajaan yang terbiasa mewah, sekarang menjadi buronan dan harus mencari tempat persembunyian ... hadeeehhh."
" .... "
"Baiklah ... kami terima keramah tamahan bapak. Tapi, saya akan terus mengawasi semua gerik-gerik bapak ya ... hehehe." kata Vulan sambil tersenyum dan bersalaman dengan pria tersebut sambil memegang denyut nadi di pergelangannya.
"Vulan!!!?"
"Tidak apa apa pangeran ... kita tidak punya pilihan lain." bisik Vulan.