Dusun Pelayang, sebuah Dusun yang terletak persis di pinggir sungai ini adalah dusun yang sangat asri, tidak ada polusi udara yang disebabkan oleh asap mobil. Dusun ini hanya bisa dimasuki oleh sepeda motor, satu-satunya akses menuju dusun ini hanya jembatan gantung. Dusun Pelayang ini berada di dalam wilayah Desa Pasar Pelawan, Kecamatan Pelawan, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Di Dusun ini tidak ada listrik, jika malam hari penerangan hanya dengan lampu minyak atau yang disebut dalam bahasa dusun sini dengan sebutan "Plito". Dusun ini berada di pinggir sungai Batang Asai, pada pinggir sungai dipenuhi dengan pohon kelapa milik warga. Selain airnya yang sangat jernih, sungai ini juga memberikan banyak ikan yang bisa ditangkap oleh warga dusun Pelayang, menagkap ikanpun dengan cara yang sangat ramah lingkungan seperti "pukek" sejenis jaring yang dibuat dari tali senar dan "ngilau" yang terbuat dari pelepah daun pisang. Cara menangkapnya pun sangat unik, "pukek" akan disebar ke dalam sungai dan dibiarkan memanjang, setelah beberapa menit akan diangkat dan banyak ikan yang tersangkut di jaring "pukek" tersebut.
Dusun inilah aku dilahirkan 32 tahun silam. Aku terlahir dari keluarga yang tidak mampu alias miskin, masa kecilku aku habiskan dengan bermain bersama teman-temanku di sawah, di kebun, di sungai, di sekolah dan di rumah. Aku merupakan anak ke 4 dari 6 bersaudara, kakak-kakakku hanya tamatan Sekolah Dasar saja, Ayahku tamatan Sekolah Rakyat dan ibuku tidak tamat sekolah. Tidak ada yang menonjol dalam diriku saat masih kanak-kanak, di sekolah pun aku tidak pernah mendapat rangking 1, 2, 3, atau bahkan 4. Aku hanya anak kecil biasa yang selalu riang dan gembira, tidak mengerti kesulitan apa yang sedang dialami oleh orang tuaku saat itu, yang aku tahu hanya sekolah, mengaji, dan bermain bersama teman-temanku. Pada pukul 6 pagi aku sudah bangun dari tempat tidurku dan bergegas menuju sungai untuk mandi dan lainnya.
Di Dusunku semua aktivitas bersih-bersih badan hanya dilakukan di sungai, tidak ada wc atau kamar mandi di sini, semuanya dilakukan di sungai setiap pagi, siang dan sore atau bahkan malam hari. Anak-anak dan wanita mandi bersama, laki-laki dewasa mandi di hulu tempat para wanita dan anak-anak mandi. Sungai ini mengalir dari wilayah pegunungan Batang Asai yang berada 4 jam di hulu kampung/ Dusunku. Tidak ada listrik di Dusunku, alat penerangan satu-satunya hanya lampu minyak atau disebut plito dalam bahasa Dusunku.