Oke, bagi kalian yang melanjutkan ke Bab 2, berarti kalian masuk ke golongan orang-orang yang percaya. Sebagai hadiah, kuberikan perkenalan detil fisik, karena kalian makhluk materi. Makhluk yang disetir oleh pandangan pertama. Tak heran kalian memiliki ungkapan dangkal semacam ‘Jatuh cinta pada pandangan pertama’.
Baiklah. Pertama-tama jangan bayangkan aku kucing menggemaskan seperti yang kalian lihat di media sosial. Tuan Tuhan menciptakan sebagian besar wujud Malaikat yang jauh dari memikat. Aku kucing oren yang penuh buduk, yang kaki kanan belakangnya pengkor, punggungnya rontok tanpa bulu. Yang kumisnya panjang pendek tak beraturan, yang menggelandang di pasar kaget Kalibata. Umurku tak akan bertambah dan berkurang, sebelum ada anak manusia yang memungutku. Tubuhku pun akan senantiasa sehat, sebab sebelum datang manusia memilihku, fisik Malaikatku yang ambil peranan. Tak butuh minum dan makanan.
Tak jarang kalian sudah mendekati kebenaran waktu saling bergosip tentang orang gila di dekat rumah atau kantor kalian, yang tak kunjung mati bahkan sehat walafiat padahal tidur beratap langit yang panas polusi dan sering hujan. Jika mau sedikit membuka mata hati, kalian akan menemui bahwa mereka adalah Malaikat.
Usia tubuh kami para Malaikat, baru akan berjalan setelah kalian, manusia, menerima kami. Maka jangan heran jika sering ditemui orang gila yang tak kurang suatu apa malah mendadak sakit saat dirawat di Panti sosial, meski di beberapa kejadian ada rahasia yang lebih sial dari itu sebenarnya. Nantilah akan kuceritakan soal itu kalau kalian mau.
Untuk kali ini aku memilih menceritakan kisahku sendiriku, di saat aku yang sudah bertahun-tahun hidup di pasar tak pernah dipungut manusia.
“SUUUHH!!! PERGI SANA! Ganggu selera makan aja, lo!!”