Si pecundang dan cinta

mynx
Chapter #3

Chapter #3 aku, kelompok dan perempuan di masa kecilku

Dan hari ospek terakhir pun tiba, kita di bagi menjadi beberapa kelompok, entah takdir entah apa kita berempat dalam 1 kelompok (aku, jammie, andry dan juga gusman) dan di tambah beberapa tambahan teman kelompok, terlebih ada 4 anak-anak cewe dan pasti mereka cantik-cantik dengan karakter mereka sendiri.

“Hey, apakah ini sebuah keberulan, kita mendapat kelompok yang sama?” (Ucapku kepada 4 temanku).

Andry. “Hahaha, iya juga, atau ini akal-akalan si gori menyatukan kita biar anak-anak yang lain enggak tercemar jadi rebel juga?” (timpal andry sambil tertawa).

Jammie. “Bener juga kamu ndry, bisa jadi” (saut jammie).

Gusman. “yaa seenggaknya memang ini kan yang kita mau, lagi pula ini enggak buruk sama sekali, lihatlah betapa cantik-cantiknya cewe di kelompok kita”. (Gusman bicara). fyi, gusman memang yang paling genit di antara kita.

“Oh iya namamu siapa bro, maaf kami mengabaikanmu” (aku bertanya kepada teman laki-laki lain di kelompokku).

Surya. “Eeemh, perkenalkan aku surya” (jawabnya, tipikal orang ceria namun terlihat kutu buku di penampilannya)

 kami pun saling berkenalan antara anggota kelompok lainnya.

kuperkenalkan teman-teman cewe di kelompokku.

Pertama ada yulia, dia gadis kurus dan terlihat paling tinggi diantara para wanita maba, dia orang yang sangat ceria (lebih berisik bawel sih) dan sangat suka ngobrol, dan kadang celetukan-celetukananya selalu unik, absurb (tapi kelompok kami jadi lebih ceria dan lebih hidup)

Kedua ada lusy, perempuan berwajah sendu, dengan mata sayu, bertubuh sintal tidak gemuk namun berisi, dia tidak sebocor yulia namun dia orang yang enak dan nyaman diajak ngobrol bahkan untuk waktu  yang lama.

Lalu ketiga ada widya, perempuan berparas ayu, putih, tidak banyak bicara, terbesit aku berfikir, apa dia putri yang selalu dilarang orang tuanya keluar yah,. Namun widya tidak sependiam itu di depan orang yang sudah dia kenal atau dirasa dia nyaman, dia orang yang menyenangkan dan berbicara cukup banyak, tuturnya lembut dan terlihat anggun.

Lalu sampai disaat aku kenalan dengan dia . . .

orang terakhir gadis di kelompok kami, aku tertegun sebentar saat menatapnya, seakan memoriku dipaksa untuk mengingat sesuatu, (mengingat bahwa sosok perempuan ini sangatlah tidak asing).

Sampai lamunanku pun buyar walau tangan kita masih saling berjabat.

Rere. “Hey, kamu dean kan?”

(Kalimat pertama yang keluar dari bibirnya yang tipis).

Lihat selengkapnya