Sialan lu Med!!

Firmansyah Slamet
Chapter #3

Part 1



" Itu adik mu Zi??" Tanyaku penasaran.


" Iya" jawabnya singkat


Seorang bocah menggigit peluru dan tangannya yang memompa senapan angin. Lebih terlihat seperti anak jalanan daripada seorang bocah rumahan. Tapi memang ia bukanlah anak rumahan.

Senapan angin itu terlihat cukup besar jika dibandingkan dgengan ukuran tubuhnya. Tapi lupakan saja, itu adalah urusan bocah.


Aku dan Zizi memilih untuk mempersiapkan apa yang harus kami bawa saat perpisahan sekolah nanti. Lama kami disini sekaligus berbincang bincang. Hingga suara bantingan pintu dibelakang terdengar. Bocah itu kembali dengan amarah yang cukup menakutkan tapi jatuhnya malah lucu jika dilihat dengan sebelah mata.

Ia mengambil sebilah parang dan keluar. Tak lama kemudian teriakan orang mulai terdengar begitu nyaring.


Siapa lagi jika bukan bocah itu yang sedang mengejar seseorang menggunakan parang. Kalau diingat ingat kejadian itu sungguh konyol namun cukup menakutkan. Hingga ia ditenangkan oleh sesosok gadis, mungkin lebih tua dariku. Bocah tolol itu langsung tenang seolah ia adalah dedemit yang sudah mendapatkan jatah tumbal.




......



Dilain waktu bocah itu juga mengajak makan seorang temannya yang terlihat gugup.


" Ayo makan, jangan sungkan" katanya membawa temannya menuju meja makan


Bahkan ibunya juga menawari hal yang sama. Tapi yang terlihat aneh ialah Zizi tak pernah terlihat berbincang dengan adiknya itu. Seolah bocah itu tak pernah melihat kakaknya dan Zizi tak pernah melihat adiknya itu. Biarlah, itu samasekali bukan urusan ku.Tak perlu aku terlalu banyak bertanya hal semacam ini.

Kembali di suatu waktu, aku melihatnya membawa karung di punggungnya. Ia berjalan dengan seorang nenek tua bungkuk. Apa lagi yang sedang dilakukannya? Dari belakang ia dibantu seorang temannya. Terlihat berbincang hangat.


.......




Memasuki SMP membuat aku dan Zizi terpisah, kami melanjutkan pendidikan di tempat berbeda. Cukup sedih, 4 sahabat kami berkurang 1. Hanya tersisa dua gadis bernama sama, yaitu Diana. Tak apalah, mungkin lain waktu kami berempat akan kembali bersama.

Semasa SMP pula aku tak pernah bertemu lagi dengan Zizi.


Lihat selengkapnya