Kedekatan kita berdua membawa aktivitas negatif dari berbagai kalangan. Ditambah sebagai primadona sekolah aku memang patut untuk menjadi idola.
Setidaknya itu klaim dari kebanggaan diri ini... Hehehe.
Kami memilih memisahkan diri setelah asyik berbincang di tempat biasa. Tatkala menyapu pandangan aku melihat ia berbicara pada senior, yang tidak lain adalah angkatan ku. Memang telinga ini tak bisa mendengar apa yang tengah mereka perdebatkan, tapi mata ini mampu membaca bahwa akan ada kejadian besar menanti.
Hal tersebut benar benar membuat otak berpikir hal yang tidak patut dipikirkan. Seharian hanya Mamed yang ada dipikiran dan khawatir karenanya.
Hal hal konyol yang tak ingin berpindah dari otak benar terjadi. Keesokan harinya Saat memasuki sekolah, teman seangkatan datang dengan babak belur. Rupanya mereka habis berkelahi! Tak sampai disitu, ketegangan kembali terjadi di lahan parkir. Maka mereka berdua kembali berkelahi dibantu teman temannya.
Aku tak ingin melewatkan kesempatan walau sedang melihat dari balik jendela kelas. Maka segera ku keluarkan uang sebagai tanda taruhan dimulai.
Tentu saja taruhan ku pasang pada Mamed. Walaupun banyak juga yang memasang pada senior. Kali ini Dewi Fortuna berpihak pada Mamed yang juga berdampak besar padaku. Ia memenangkan perkelahian walau harus digiring menuju ruangan BK.
Jujur aku benci jika melihatnya berkelahi, tapi uang taruhan membuatku senang bukan main. Meskipun Mamed harus berdiri hormat pada bendera.
Karena hal itu juga aku malu untuk sekedar keluar kelas. Maka, meminta tolong pada Diana adalah solusinya. Ia memberi minuman pada bocah itu, keringat bercucuran menjadi saksi bisu ia akan menjadi jagoan sekolah.
.....
Bel pulang berbunyi merdu. seolah tak kapok dengan hukuman hari ini yang begitu melelahkan, bocah itu masih melanjutkan berkelahi!
Benar benar berkelahi...
Aku mengenalnya dengan cukup baik. Maka surat panggilan orang tua segera keluar melerai perkelahian konyol ini.
Dan di keesokan harinya, ibunya datang memenuhi panggilan. Karena keingintahuanku hari ini sangat tinggi, maka menguping ialah solusi yang tepat.
Tak ada yang berarti kecuali bagian hukuman serta ancaman untuk dikeluarkan dari sekolah. Setelah perbincangan ini itu anu akhirnya ibunya diperbolehkan untuk pulang.
" Itu ibumu??" Tanya gadis teman seangkatannya.
" Menurut lu??" Mamed balik bertanya.
Jujur aku sama sekali tak menyadari keberadaannya, seolah bagai ninja yang tak terdengar langkah kakinya.
Ibu Mamed keluar dengan tatapan tajam. Setajam bilah pedang samurai yang siap menebas apa yang dilaluinya.
" Ini namanya Rena? Sudah besar ya..." Ucap ibu Mamed.