" Kak Ness... Sorry ya, aku gak belain kamu " kata Mamed.
" hmm..." Jawabku singkat.
" tadi aku baru balik dari kantin, eh kamu sudah ribut sama Rena".
" hmm...".
" Aku gak sempat misah Kak Ness".
" hmm...".
" Kamu bisu ya??" tanya Mamed mencoba melawak.
Kupandang wajah bodohnya itu dengan penuh amarah, meremas erat tangan. ingin sekali aku memukulnya, tapi situasi dan posisi menahan ku untuk berbuat demikian. Aku paksa papa untuk segera meninggalkan kediaman Mamed.
"Om aku boleh numpang lagi gak? " tanya Mamed ketika kami sudah berada di depan.
" boleh, emang kemana?? ".
" ke rumah sakit om".
" ngapain?? Jenguk orang??" Tanya papa.
" enggak om, motorku masih disana... Om sih maksa naik aja" kata Mamed nyengir.
Maka Mamed kembali duduk di belakangku, aku memegang pipi yang kena cakar Rena. Papa juga bertanya dimana ia saat perkelahian terjadi.
" saya memang ada disitu om, tapi aku gak berani misah om... Aku diancam digebukin kalo misah sama anak anak" katanya bermain seni peran.
Ia akan benar-benar kupukul jika ada kesempatan.
Disuatu hari...
Di jam pelajaran olah raga, kelas kami disatukan. Pak guru menjelaskan cara bermain basket dan salah satu triknya ialah pivot. Terdengar samar Mamed sedang berbincang pada temannya. Dan karena cukup gaduh, ia diminta maju kedepan untuk memperagakan gerakan pivot. Dan kebetulan lawan mainnya ialah aku!
Setidaknya ada pikiran balas dendam! Aku bisa mulai mempermalukannya didepan banyak siswa. Seorang Mamed yang terkenal biang rusuh tak bisa merebut bola dari tangan seorang perempuan.
Di menit menit akhir jam pelajaran, ia menantang untuk bertanding antar kelas untuk membuktikan siapa yang unggul. Tentu saja sangat mudah untuk memprovokasi otak udang miliknya itu. Terlebih ia masih marah setelah ku permalukan didepan banyak orang.