" Cieeee....!! Tuan putri sudah datang...." Ucap Mbak Vana terdengar cukup menyebalkan jika aku baru saja bermain dengan Mamed.
" Apaan sih mbak?".
" Kencan kemana kali ini, wahai tuan putri??".
" Gak ada sih mbak, cuma main ke kolam renang".
Mama papa langsung merespon dengan cepat " apa kamu bilang??" Tanya mereka.
" Ke kolam renang" jawabku.
" Goblogg!" Maki mama.
Semua kaget bahkan Mbak Vana juga bingung dengan mama.
" Mama, Rissa gak tahu itu" kata papa menengahi.
" Maksudnya??" Tanya Mbak Vana.
" Kita gak aneh-aneh kok" jawabku mulai takut.
" Bukan itu!" Jawab mama dengan nada tinggi.
" Jangan lagi ajak Mamed ke kolam renang atau tempat yang ada airnya" kata mama, " jangan pernah lagi!" Ketus terdengar.
" Takut tenggelam?? Dia bisa renang dengan baik kok"
" Bukan itu Rissa..." Jawab papa, " katanya kamu pernah ajak dia main ke pantai kan?? Apa dia main air?".
" Enggak, dia gak mau... Dia nolak" jawab ku.
Papa menghela nafas lega, " anggap saja kalian main ke mall hari ini".
" Mama papa kenapa?? Ada apa sebenarnya??" Mbak Vana masih heran.
" Jangan pernah ulangi hal konyol hari ini lagi" jawab mama.
" Ada apa sih??" Tanya ku mulai kesal dengan ini semua.
" Kalian tak akan percaya jika tak melihatnya sendiri" tiba-tiba saja ada nenek disini menasehati kami.
Apa yang tidak bisa membuat ku percaya? Percaya apa? Apa yang sudah terjadi??.
" Nanti kamu akan tahu" ucap nenek.
Maka keesokan harinya di sekolah...
" Cerita!" Perintah ku saat istirahat pertama di depan lab IPA.
" Cerita apa?? Ande ande lumut??" Ucapnya.
" Kenapa kau gak boleh main ke tempat yang ada airnya, macam kolam, sungai" tanyaku, " dan saat di pantai, kau gak mau kena air laut"
Ia tersenyum, senyum yang cukup membingungkan" kamu gak akan percaya jika tak melihatnya sendiri" ucapnya sama persis dengan nenek.
Aku mulai menduga kalau Mamed mempunyai indera keenam, sama seperti nenek. Kadang kulihat mulutnya berucap sesuatu dan kadang menoleh kearah acak seperti memastikan sesuatu.
" Tapi kenapa kemarin kau mau renang di kolam??" Tanyaku.
" Gak tahu...." Jawabnya, " aku hanya mau renang".
Aku benar-benar bingung. Tapi jika ia memang punya indera keenam, bukankah Mamed mengetahui lebih dulu jika aku bukan seorang muslim.
Biarkan saja, asal itu tak menggangguku.
Tapi aku masih benar-benar penasaran! Seajaib apa bocah ini hingga keluargaku bisa memarahiku atas kejadian kemarin. Memikirkan tentang Mamed membuatku benar-benar lelah, lelah dalam arti sesungguhnya. Entah mengapa hari ini aku sangat lelah.
" Pulang yuk" ajakku setelah mendengar bisikan setan.
" Ini masih jam berapa?!!!" Ia marah mendengar ide gila dariku.
" Jadi kau gak mau yang enak-enak??" Aku memberikan godaan agar ia menurut begitu saja.
" Maksudnya??"
Aku membalasnya dengan mempermainkan alis keatas dan kebawah.
" Gak! Gak mau, aku masih perjaka" ucapnya.
" Otak mesum mu ingin ku tendang!" Jawabku jengkel.
" Kalau kena hukum??"
" Trust me darling" kataku.
Ia langsung tersenyum sumringah. Kami sempat mencoba cara baru, yaitu melompati pagar.
" Mikir dikit lah! Ini tinggi" kata Mamed dan tak kugubris.