Satu kelas riuh memasang taruhan pada Mamed juga! Tak ada pertaruhan pada lawan.
Akhh!!!.
Lagipula perkelahian terhenti setelah keamanan sekolah menyiram air. Dan yang baru kutahu ialah hari ini ia harus berangkat lomba bersama beberapa siswa termasuk Rena. Tak usah ditanya, tentu saja aku benci dengan Nama Renatta.
Cukup sial hari ini, aku tak memenangkan pertaruhan, perut lapar ditambah mendengar nama Rena. Tapi ada Duo Diana yang baik hati untuk membelikanku makanan.
Karena lomba, aku tak akan melihat batang hidung Mamed untuk hari ini. saat bel pulang berdendang merdu, mobil untuk mengantar para siswa lomba datang. Tak ada Mamed didalamnya.
Pak guru mengajakku menjauh untuk bicara, tentu saja dengan Duo Diana yang menemani. Pak guru kini mengetahui apa yang terjadi. Mamed di antar pulang karena ditakutkan akan kembali terjadi perkelahian lagi. Duo Diana juga mengatakan apa yang pak guru lihat di rumahnya memang kenyataan.
Kami juga bercerita bahwa dahulu kami ialah teman dan sahabat dari kakak perempuannya, tapi karena pendidikan kami dipisahkan. Aku juga bercerita bagaimana ia menjalani hari mengingat sudah beberapa kali dalam akhir akhir ini Mamed melihat kembali orang tuanya bertengkar hebat. Mentalnya sedang tidak stabil.
" Bapak bisa andalkan saya kok" ucapku.
Keesokan harinya aku melihatnya duduk di kantin, kubawakan ia cemilan dari rumah. Ia tak mau menyentuhnya.
" Hei, mau cerita??" Tanyaku.
" Untuk?".
" Kalau mau cerita, aku selalu siap dengar tiap kata".