" Spada!! Permisiiiiii...." Teriakan yang begitu khas terdengar.
Aku tak ingin membuka pintu untuk Mamed.
Tapi....
Ia masih saja berteriak macam orang gila tak mendapat jatah makan. Dengan sejuta jengkel aku keluar dan buka pintu untuknya.
" Ngapain kesini??" Tanyaku penuh dengan kekesalan untuknya.
" Bawain bakso" jawabnya, ia begitu tenang tapi juga menyimpan kekesalan. Aku tahu itu! Entah mengapa dia merasa kesal.
" Siapa suruh??" Tanyaku heran.
Tiba-tiba nenek datang bersama Mbak Vana, nenek segera turun dari motor. Mengajak Mamed masuk, tetapi Mamed menolak dengan halus dan memberi bakso pesanan nenek. Dan hilanglah dia dari mataku!.
" Kenapa kau ini?" Tanya nenek.
Aku tak ingin menjawab.
Nenek menghela nafas, " kemarin kau kangen, sekarang kau benci..." Nenek mengajakku masuk rumah.
Aku tak ingin mengatakan apa yang terjadi, yang penting ialah aku benci padanya.
Disuatu hari...
" Kau mau langsung pulang??" Tanyaku pada Rifat.
" Entahlah, cari wangsit dulu..." Ucapnya dengan bercanda.
Kami jalan menuju gerbang sekolah bersama, Duo Diana di belakang sedikit berisik mengganggu. Dan hal sedikit mengejutkan datang. Mamed ada di sini menungguku.
" Ngapain??"
" Jemput kamu pulang" jawabnya singkat.
Aku tahu siapa yang memintanya," gak perlu"
Sontak ia langsung menggenggam erat tanganku dan memaksa agar ikut bersamanya. Sesegera mungkin ku tepis tangannya!.
" Gak perlu!" Jawabku.
Aku tak ingin ia ada di sini, terlihat wajahnya yang sangat menyebalkan hari ini.
" Katanya mau pulang bareng..." Ucapku pada Rifat.
" Mungkin lain kali" jawabnya berlalu pergi.