Sialan lu Med!!

Firmansyah Slamet
Chapter #35

Part 28



" Temani aku" kugenggam erat tangannya, Aku tak ingin Mamed pergi dari sini.


Aku hanya ingin dia ada di sini menemani. Mama menengahi agar Mamed bisa pulang. Ia sudah disini dari semalam, hari ini hingga sore hari. Tapi aku tak ingin ia meninggalkanku di sini dengan rasa sakit di sekujur badan. Tangis kembali menjadi jurus pamungkas agar ia tetap berada disini. Dan Mamed sepertinya tak keberatan untuk kembali menemani malam ini.

Mbak Vana memberinya baju ganti karena tak mungkin ia akan tahan jika dicap jorok oleh keluarga ku. Ia kembali dengan baju ganti, terlihat wajahnya masam muram penuh aura kegelapan. Bagaimana tidak, ia memakai baju perempuan! Dan itu terlihat jelas.


" Sudah nemu sisi feminim kah?" Tanya Mbak Vana.





*******





Ia terlelap di kursi, ia tidur tepat di samping ranjangku. Wajahnya teduh penuh kedamaian. Ia masih menggenggam erat tanganku seolah takut akan kehilangan. Rasa nyaman dari tangan kasarnya membuat sakit seolah hilang dalam sekejap.


" Kau butuh istirahat, pulanglah" ucapku saat pagi menampakkan silaunya.


" Aku mau temani kamu, Kak Ness"


" Kau lelah, ada keluargaku yang jaga" ucapku.


Ia menghela napas panjang, ia menuruti dan pergi dari hadapanku. Ada rasa penyesalan atas kebodohan diri yang masih tak bisa meminta maaf secara langsung pasal kejadian kemarin. Tuhan, siapapun dirimu tolong mudahkan aku untuk meminta maaf padanya.



Badanku makin lemah tak berdaya, suhu tubuh makin meningkat pula. Tapi terkadang turun dan membuatku merasa sudah sehat. Dan hari ini aku kembali makin lemah dari sebelumnya, bahkan untuk sekadar menggerakkan jemari sangat susah.

Suaraku tak keluar, bahkan saat Mamed ada di sini. Aku bisa merasakannya tiap helaan nafasnya. Ia menemaniku kembali di ruangan khusus.

Harusnya ia bisa menikmati kemeriahan tahun baru, tetapi dengan senang hati ia memilih terjebak di ruangan ini bersamaku. Aku mencoba berterima kasih padanya atas semua ini, tetapi ia hanya mendengar eranganku.


" Kamu pasti sembuh Kak Ness" ia membelai lembut rambutku.


Pandanganku mulai kabur, tapi aku bisa merasakan ia masih memperhatikanku. Ia tak bergeser satu centi demi memastikan aku baik-baik saja.


" Kak Ness, aku suka sama kamu... Tapi aku takut kalau harus mengungkapkan" ucapnya," aku hanya berharap kamu terima cintaku suatu hari nanti"


Aku mendengar itu semua, kuyakin ia menganggap aku tak sadarkan diri karena alat-alat rumah sakit ini cukup berisik. Ia menyingkirkan helai rambut di keningku, memberi kecupan semoga aku kuat dengan ini semua.



*****



Lihat selengkapnya