" Sakit!" Ucapnya.
" Siapa yang suruh ikut tawuran??!" Tanyaku.
" Takdir" jawabnya.
Aku?? Langsung tampar wajahnya itu tepat di depan ibunya. Dan reaksi ibunya?? Beliau hanya pura-pura buta akan hal ini.
Masih dengan dirinya yang adalah seorang anak ajaib, wajah babak belurnya hilang dalam waktu semalam seolah tak terjadi apa-apa.
Waktu terus berjalan, ia terciduk pihak berwajib cukup jadi pelajaran kedepannya. Dan aku sudah berhasil melewati Ujian Nasional! Cukup menegangkan, tetapi tak begitu menegangkan yang aku kira. Hal bahagia lainnya ialah Mbak Vana yang memutuskan mengakhiri masa lajangnya. Ia memilih mengikat hubungan dalam status resmi dengan pria yang dikenalnya semasa kuliah.
" Kapan mau nyusul??" Tanya Mike.
" Bused! Aku baru lulus SMA" ucapku.
" Aku belum lulus STM" Mamed ikut menyambung.
Ia memakai setelan yang senada dengan keluargaku, sengaja Mbak Vana juga memberi ia kehormatan seperti ini. Seakan Mamed sudah menjadi bagian dari keluarga ini tanpa ada kompromi.
" Ganteng cyynn! Setelan mu cocok meong!" Ucap Mike melambai.
" Aku tonjok kau Mike!" Sergah Mamed yang jijik dengan banci macam Mike.
" Mike?? Inge!" Mike mengingatkan nama panggilannya.
Mamed segera pergi, ia menghindari Mike yang terus mengganggunya. Ia memilih membaur agar tak diikuti Mike. Hingga Tiba-tiba ia kembali ada tepat di sampingku. Ia mencolek bahu.
" Ini gak ada karaokenya??" Tanya Mamed serasa gatal ini menyanyi.
" Gak ada" jawabku takut ia akan membawakan lagu, suara sialan itu akan menghancurkan pesta pernikahan Mbak Vana.
Dan benar, sebisa mungkin aku menahannya agar tak membawakan lagu. Usahaku berhasil, tentu saja dengan berkorban untuk selalu menggenggam erat tangannya.
" Rissa kapan nyusul Tante??" Tanya Mike masih bersikeras untuk memprovokasi mama.
" Entah itu Rissa, padahal sudah cocok dengan temannya itu" ucap mama meskipun menggoda, ada nada serius yang hanya bisa kurasakan.
Mike menyeringai penuh tawa sembari pergi setelah berhasil dengan kegiatan provokatif yang ia tunjukkan. Aku cukup kesal pada mama yang sejujurnya tak begitu mendukung untuk kuliah.
" Entah kapan anak bungsu mama bisa menikah juga" ujar mama sembari memperhatikan Mbak Vana.
" Aku baru lulus SMA" jawabku agak kesal.
" Itu ada yang sudah siap lho"
" Siapa lagi??"
" Siapa lagi kalau bukan temanmu itu" jawab mama.
Kembali Mamed muncul tepat di sampingku dengan senyumnya yang selebar lapangan bola menunjukkan giginya seukuran sepatu olahraga.
" Kalian cocok"
" Serius??" Tanya Mamed, ingin juga aku pukul kepalanya itu.
" Mama juga ingin Gendong cucu dari kamu, Rissa ".
" Mamed baru saja naik kelas dua" jawabku.
" Setidaknya kamu bisa tunggu satu tahun lagi"
Aku mulai kesal, " ini masih pesta pernikahan Mbak Vana, lho ma..."
" Kan beda"
Mamed mengusap dagunya, " cucu ya Tante? Bagaimana Kalau aku kasih duluan cu...."
Segera aku potong ucapannya dengan tinju di wajahnya itu!!.