Sekali lagi aku memeluknya, rasa nyaman yang tak pernah ku rasakan membuatku terlena. Dan aku terjaga saat hari sudah gelap, ia masih setia dengan posisi awal.
" Aku ketiduran, maaf"
" Aku tahu kamu rindu, dan kamu tahu aku rindu... Kak Ness" ucapnya.
Ini pertama kali dia yang memelukku, benih benih rasa yang ia tanam mulai tumbuh.
Malam ini aku mengakui, aku mencintai lelaki ini. Apa yang ia lakukan, apa yang ia berikan dan apa yang ia korbankan, akan selalu aku hargai sekecil apapun itu.
" Mau jalan-jalan?"
Akhirnya kami menghabiskan bensin berkeliling kota Surabaya. Kali ini aku yang ambil alih kemudi macam biasanya, tentu saja karena aku lebih hafal jalanan kota pahlawan. Senangnya hari ini kembali menghabiskan waktu bersamanya. Kami pulang saat malam mulai larut.
" Bepergian sejauh ini cuma untuk tidur di sofa??" tanyaku.
Ia menghela nafas sembari menggaruk kepalanya meskipun tak gatal, " takut kejadian Kak Ness, lagipula aku belum lulus... Bingung gimana mau tanggung jawab "
" otak kotormu itu enak rasanya kalau kutendang!!" Ucapku kesal dengan cara berpikir yang selalu cabul.
" Kamu bikin aku mikir kotor, Kak Ness"
" yaudah ayo masukin ke kamar, masa mau tidur disini"
" tapi Kak Ness..."
" Aku percaya " jawabku.
" Gak akan digrebek warga kan?" Tanya Mamed dan kujawab dengan gelengan kepala.
Ia tersenyum.
" so... Ini beneran mau kejadian??" tanya Mamed dengan senyum lebar.
PLAKK!!! tamparan sukses mendarat dengan mulus di wajahnya. Ia bersungut-sungut memasukkan tas miliknya di kamar, dan langsung merebahkan diri di ranjang.
Meong....
Seekor kucing melompat diantara kami berdua yang tengah berbincang di atas kasur ini. Menghancurkan kekakuan yang tercipta karena ini pertama kali kami berdekatan, bahkan terlalu dekat hingga mengundang setan untuk membisikkan hal kotor.
" Kau jadi praktik disini??" tanyaku.
" Maaf Kak Ness, sebenarnya aku sudah ditempatkan di daerah lain " jawab Mamed.
" Sayang sekali" ucapku kecewa.