Sialan lu Med!!

Firmansyah Slamet
Chapter #45

Part 36


Ada drama dari Mamed yang merajuk, entah mengapa bisa aku melupakannya dan meninggalkan dirinya tepat di tengah Tunjungan Plaza. Ia punya urusan tersendiri di Surabaya dan ketika urusannya berakhir, ia mengajakku ke Tunjungan Plaza. Tapi aku harus mengurusi urusan lain saat bersamanya.

Baru pertama kali ada di tempat itu membuatnya tersesat. Ia harus kesana kemari hanya untuk keluar! Drama makin menjadi tatkala ia tersesat hingga keluar tempat itu. Makin susah pula aku mencarinya!. Sesampainya di kontrakan ia masih merajuk! Segera kusiram ia dengan ceramah kerohanian walaupun tak ada rohani sama sekali.


" Lain kali jangan katrok!" Ujarku lelah mencarinya.


" Lain kali jangan main tinggal!" Balasnya tak mau kalah.


Kami duduk melepas lelah sekaligus menikmati sore hari. Atap beton di lantai atas menjadi tempat asyik untuk hal semacam ini. Jingga sore ini begitu indah ditambah Mamed menggenggam erat tanganku. Semburat jingga melengkapi pemandangan dan hati ini terpaku karenanya. Dia ada di sisi selalu tersenyum, senyum mendamaikan hati.

Ia menoleh ke arahku dengan senyumnya. Mengenalnya dan bisa seperti ini merupakan mimpi yang menjadi nyata untukku. Kami saling menatap, sorot matanya memancarkan rasa jauh di lubuk hati. Seperti angin tak pernah diam, selalu beranjak setiap saat menebarkan jala asmara. Seperti itulah yang aku rasakan saat ini. Setan kecil berlarian membisikkan hasutan yang menyenangkan. Wajah kami kembali semakin dekat, jarak aman tak lagi berlaku dan bibir kami hampir bersentuhan.


" Rissa!! Ada yang nyari tuh" kata Diana dengan suara keras dan cukup mengangetkan.


" Sunsetnya Indah ya, Kak Ness" ucap Mamed juga terkejut dan buru-buru mencoba bersikap tenang.


Segera aku turun agar tak salah tingkah dihadapan Diana.





****





Malam ini kami makan bersama, canggung terasa di sini. Terlebih Diana yang memergoki aku dan Mamed hampir bercumbu. Dan Duo Diana? Hanya tersenyum penuh makna dengan kekakuan yang tercipta.


" Jadi??"


" Jadi apa?!" Tanyaku sedikit kesal.


Diana hanya tersenyum penuh makna. Maka selesai makan aku kembali meringkuk di kamar. Sedangkan Mamed sudah hilang menyelesaikan urusan di warung kopi gang sebelah. Diana masuk kamar memberi sesuatu.


" Tentu saja aku peduli pada sahabatku" ucap Diana saat kutanya apa yang ia taruh di meja tepat disebelah ranjang.


" Maksudnya??"


Diana hanya tersenyum, " aku gak mau kau hancur gara gara bocah itu"


Aku segera mengambil apa yang Diana letakkan, aku menatapnya malas saat menyadari sebuah pengaman yang Diana berikan.


" Pikiranmu terlalu jauh"


" Untuk jaga-jaga saja" jawabnya pergi.


Segera aku buang apa yang ia beri, bersamaan dengan itu Mamed datang. Ia sempat bertanya apa yang aku buang, aku jawab dengan seenaknya. Ia masuk kamar dan merebahkan tubuhnya.


" Ngapain aja di sana?" Tanyaku sembari ikut merebahkan diri.


" Ngopi aja, cari teman..." Ucapnya


Lihat selengkapnya