" Rissa..."
" Iya Bu" jawabku.
" Kapan kamu lulus kuliah?" Tanya ibu Mamed.
" Sebentar lagi" jawabku.
Kali ini aku ada di rumah Mamed, tentu saja untuk menunggunya malam ini. Hari ini adalah ulang tahunku, aku ingin mengadakan pesta di rumahnya. Hanya aku dan dia seorang, meskipun ada tamu tak diundang yaitu ibunya.
Tetapi, tak sopan rasanya jika mengatakan ibunya seorang tamu tak diundang. Tuan rumah bisa saja menendangku keluar, jadinya aku meralat pesta ulang tahun hanya aku, dia dan ibunya.
" Sudah berapa lama kalian berteman?"
" Entahlah" jawabku meminum teh yang ibunya Mamed bawakan untukku sembari menunggu Mamed, " lama sekali sampai aku lupa, Bu" jawabku.
Beliau hanya terkekeh mendengar jawaban konyolku. Beliau seperti orang tuaku, memperlakukan aku seperti anaknya tak ada perbedaan. Bahkan pada Rena sekalipun, tetap sama tak ada perbedaan.
" Memang kenapa??" Tanya ku.
" Ibu cuma mau berterima kasih saja, karena sudah menjadi teman yang baik"
Aku hanya tersenyum, " iya Bu "
" Tetap jadi teman yang baik ya" ucap beliau.
Perasaanku mulai tak tenang karena perbincangan kecil ini, jujur aku akan mendapatkan sesuatu yang besar. Entah apakah itu baik atau tidak baik.
" Apapun yang terjadi, jangan putus pertemanan kalian itu" ucap beliau, " karena ibu lihat, kamu lebih cocok berteman dengan Mamed daripada kakaknya"
" Mau bagaimana lagi Bu, kita dipisah jarak dan pendidikan " jawabku.
Deru Mesin terdengar nyaring, bukan Mamed melainkan bocah-bocah yang bangga akan knalpot yang membuat telinga jebol. Seolah suara berisik ini menjadi jeda perbincangan kami.
" Kamu tahu apa yang anak ibu lakukan akhir-akhir ini??"
" Maksudnya Bu??" Tanyaku penasaran, " bukankah dia hanya kerja?"
" Beritahu ibu apa yang tidak ibu tahu"
Aku terdiam sejenak, jujur aku bingung dengan maksud beliau.
" Berarti kau belum kenal dengan anakku" ujar beliau membuatku cukup terkejut.
" Maksudnya?"