Sialan lu Med!!

Firmansyah Slamet
Chapter #58

Part 47


Aku tak boleh menangis! Aku harus menanganinya walau didera air mata.


" Suka hadiahnya Kak Ness" ucapnya dengan sisa tenaga.


Aku tak ingin menanggapi, terlalu takut jika aku menangisi Mamed.


" Setidaknya aku terhindar dari masakanmu, Kak Ness" ucapnya sebelum kembali pingsan.


Hal itu membuat kami kaget, mau tak mau harus dilakukan penanganan lebih lanjut dan operasi.





Kali ini aku hanya bisa berdoa, entah kepada siapa tetapi mulutku tak berhenti untuk berdoa. Aku benar-benar pasrah akan keadaan. Aku sungguh tak siap dengan keadaan terburuk. Dan ini sudah hampir lima hari Mamed masih setia tak merespon. Di sela jam istirahat aku sempatkan untuk melihatnya atau mengatakan tiap kata cinta di telinganya, berharap dia bangun dan membalas semua ucapanku.

Nyatanya dia masih asyik dengan koma. Alat-alat penyokong kehidupannya cukup berisik, apa ia Sama sekali tak terganggu? Aku mohon untuk bangun.

Dan di hari kelima aku harus jatuh saat keadaan Mamed makin melemah. Dan tangisku harus pecah saat tak ada lagi tanda tanda kehidupan darinya. Duniaku hancur seketika saat itu terjadi, aku tak tahu harus apa selain menangis untuknya.


Teruntuk tuhan, dimanapun dan apapun wujud mu aku rela melakukan apapun asal kau kembalikan belahan jiwaku. Aku hanya bisa memohon padamu Tuhan.

Rekanku tak ingin mengganggu tangisku, mereka memilih untuk membantu melepas apa yang masih melekat pada tubuh Mamed. Tapi sesaat setelah melepas alat itu, Mamed terbatuk kecil. Aku cukup terkejut! Pasti masih ada harapan!.


" Kak Ness" ucapnya lirik terbangun dari Kematian.


Ia melawan kembali malaikat maut untuk kembali hidup dan menemuiku.


" Buang saja masakanmu itu"


Kebaikan Tuhan meluncur begitu saja untuk ku! Setelah ini aku akan selalu mengingat Kebaikan Tuhan, aku akan mencari siapa tuhan itu sebenarnya.

Tetapi kesadaran Mamed tak bertahan lama, ia masih bisa merespon beberapa pertanyaan walau agak sedikit kacau sebelum kembali memejamkan mata. Dan 3 hari kemudian Mamed terbangun, ia malah memanggil Rena walau ia melihatku.


" Rena, temani aku" ucapnya menggenggam erat tanganku.


Mungkin ia masih belum jelas melihat wajahku dan untuk ukuran dirinya yang tengah lemah, tangan itu cukup kuat menahanku.


" Rena... Dimana Nerissa?" Mamed bertanya mengenai keberadaanku.


Sejenak aku mulai berpikir apakah ia hilang ingatan?.

Lihat selengkapnya