Sialan lu Med!!

Firmansyah Slamet
Chapter #63

Part 51


Aku kaget melihat wanita yang akan beliau jodohkan pada putranya itu. Wajah wanita itu sangat mirip dengan mendiang istri Mamed. Sempat kukira ibu Mamed memiliki jutsu Edo tensei, walaupun terkesan konyol tapi aku benar benar kaget. Seperti istri Mamed kembali hidup dan kembali mencintai apa yang ada.

Mata keranjang Mamed tak berhenti mengikuti tiap kedipan mata wanita itu. Seperti ia tersihir dengan rindu selintas bayang, rindu yang tak akan pernah terobati baginya.



Dan aku?? Aku hanya bisa tak mengetahui apa yang harus kurasakan. Entah senang atau harus cemburu buta. Dan jarak kembali tercipta saat ini, perbedaan memang bukanlah hal yang menyenangkan terutama jika menyangkut urusan hati. Mungkin ini saatnya aku menjauh dan mulai menepati janjiku untuk mencari siapa tuhan! Dan pilihanku jatuh pada Islam. Bisa dibilang, dahulu aku tersesat dengan mengikuti teman-teman sebayaku mengaji saat aku menginjak sekolah dasar. Kedua orang tuaku sibuk bekerja dan nenek juga selalu berada di toko. Otomatis aku mengikuti mengaji tanpa tahu kalau keluargaku bukanlah pemeluk Islam. Sedikit banyaknya aku juga bisa membaca kitab suci Al-Qur'an serta menghapal beberapa surat pendek.


" Serius??" Tanya rekan seprofesi.


" Aku gak bercanda" jawabku dan untuk meyakinkan rekanku, aku melantunkan surat pendek yang masih kuingat.


Mereka tampak heran dan terpukau, ada sedikit rasa tak percaya meskipun demikian.


" Kau masuk Islam bukan demi pacarmu itu??"


" Dia sudah punya istri, untuk apa aku masih kejar dia" ucapku, " ralat, sebentar lagi dia punya istri... Aku sudah berjanji untuk menemukan tuhan dan aku memilih jalan Islam"


Hati kecilku hanya bisa diam, pilihanku sudah bulat. Aku harus menemukan jalanku sendiri! Aku tak mau kembali merasakan sakit hati yang mendalam. Untuk saat ini aku tak bisa berharap Mamed akan kembali membuang akal sehatnya untuk melamarku. Lagipula, selain aku, ada Rena yang mengisi hidupnya dikala ia begitu terpuruk dengan keadaan. Kali ini pilihan hanya ada dua, aku yang pergi atau ia yang akan pergi. Konsekuensi tetap sama, kami sama-sama sakit hati atau salah satu dari kami.






*******






Entah sudah berapa lama aku tak berjumpa dengan Mamed, aku terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan dan pencarian tuhan. Dan hari ini aku menemuinya karena ia tengah demam. Semenjak kehadiran wanita itu, aku tak lagi tinggal bersama Mamed. Aku memilih menjauh. Dan kali ini aku cukup marah mengetahui ia diberi makanan super pedas oleh wanita yang akan menjadi istrinya.

Aku muak dengan ini semua! Dan mungkin ini saatnya aku membuang akal sehatku persis seperti yang Mamed lakukan. Aku memarahi wanita itu, segera aku buang makanan itu. Aku ganti dengan makanan yang awalnya menjadi bekal untukku.


" Aku mau bicara" ucapku.


Aku ingin menguasai hari ini, kusilangkan kaki untuk mempertegas bahwa aku bos dalam perbincangan kali ini.


" Aku tahu yang terbaik untuk Mamed" ucapku.

Lihat selengkapnya