Sialan lu Med!!

Firmansyah Slamet
Chapter #70

Part 57


Hatiku bergetar saat Mamed meminta maaf, kupikir ia membatalkan semua yang sudah coba dibangunnya. Perbedaan diantara kami membuatnya sadar.


" Maaf, aku belum punya keberanian untuk meminta restu pada ibuku" ucapnya.


Aku merasa lega karena akal sehatnya tak kembali datang, " aku cari waktu cuti, kita bicara bersama" kataku menenangkannya.


" Terima kasih Kak Ness " ucapnya.


Bukan hanya Mamed, aku juga ragu dan khawatir rencana kami tak berjalan sesuai apa yang kami impikan. Layaknya pepatah, satu kepakan sayap kupu-kupu di Amazon mampu membuat tornado di Texas. Begitu juga kami, satu langkah kami bisa saja terhenti karena kejadian tak terduga dari alam.

Dan saat ini aku menemaninya mengemudi menuju rumah keluarga besarnya, ibunya tengah berada di sana. Tampak raut wajahnya yang penuh keraguan juga ketakutan.


" Hei, tenang... Kita bisa melewati ini semua" ucapku padanya.


Tiap perkataan dari mulutku untuk menenangkannya cukup berhasil. Tapi, kembali buyar saat ibunya langsung mengatakan tidak untuk kami berdua.


" Kalau kalian memaksa, ibu gak ada masalah" ucap beliau sembari memasak.


" Terima kasih Bu" ucapku.


Mamed berbisik, " shut the fuck up! Emakku belum selesai"


" Doakan saja ibu cepat mati, dengan begitu kalian bebas bersama" ujar beliau sangat frontal.


Dan benar saja, hal mudah tak akan kami dapatkan. Kami memang harus berjuang keras untuk hal konyol yang disebut merubuhkan tembok bernama perbedaan.


" buk... Aku sudah kenal Nerissa dari SMP" Mamed mencoba bernegosiasi.


" gak!"


" buk..."


" gak!!" nada bicara beliau mulai meninggi.


Ibu menatap Mamed sejenak, menghela nafas dan menghembuskan.


" dia jadi mualaf pun ibuk gak setuju"


" buk, aku udah cocok sama Nerissa" Mamed masih memaksa.


" terus kau mau dengan Rena juga?? Ibu tambah gak setuju"


" buk, ayolah..."


Ini tak akan mudah, mamed juga memaksa. Beliau meminta aku untuk menikmati makanan yang sudah disajikan sementara mereka harus berbicara sebagai anak dan ibu. Perbincangan hubungan antar darah itu jelas tak akan membuahkan hasil. Samar masih bisa kudengar dengan jelas.


" buk... Apa sih yg kurang dari Nerissa??" tanya mamed memelankan suara walaupun masih bisa kudengar.


" pulang! Pulang saja dan berharap ibu cepat mati" balas beliau.


Lihat selengkapnya