Sialan lu Med!!

Firmansyah Slamet
Chapter #71

Part 58


" Maafkan aku, Kak Ness" ucapnya


Hanya kata maaf yang terucap darinya untukku. semakin sering maaf itu terucap maka makin tak sanggup pula ia menahan kesedihannya. Hingga ia memukul kemudi, tangisnya pecah. Pilu tangisnya membuatku merasakannya hingga hatiku teriris-iris. Hati kecilku tak bisa mengendalikan emosi yang selama ini terpendam.


" Aku ingin menyerah"


Seketika itu juga tangisnya berhenti.


" Aku gak mau Kak Ness! Aku gak mau nyerah, kalau perlu kita kawin lari"


" Lihat keadaannya, semua berantakan... Tolong untuk kali ini kita pakai otak dan jangan nekat?"


Mamed terkekeh menghapus air matanya, " pakai otak? Maaf Kak Ness, otakku sudah kubuang jauh-jauh "


Aku hanya menghela nafas.


" Mengenalmu ialah hal terbaik nomor dua dalam hidupku" ucapnya, aku tahu ia akan menggombal.


Aku hanya memandanginya tak percaya disaat seperti ini ia malah menggombal.


" Karena terbaik yang pertama ialah bertemu dengan kamu, Kak Ness "


Aku segera keluar mobilnya. Aku ingin menangis, untuk saat ini aku hanya ingin menangis.






******






Entah, sudah berapa lama perjuangan kami hanya berakhir dengan kata tidak. Aku tak ingin kembali membahasnya, sakit! bahkan terlalu sakit. Rasanya ingin menyerah dengan ini semua, apakah cinta ini tak bisa kami satukan.


" Kenapa Rissa?" Tanya Mike


Pertanyaan receh itu hanya kujawab dengan helaan nafas yang berat.


" Mau berdoa?"


Yang baru kusadari ialah Mike perlahan berubah, ia terlihat mulai menunjukkan sisi pria.


" Aku sudah tobat Rissa, aku ingin menjadi lelaki sepenuhnya " ucapnya.


Mike mengajakku keluar untuk sekedar menenangkan pikiran. Masalahnya ia malah mengajak ke gereja. Hal ini membuatku dilema, aku sudah meninggalkan katolik tetapi tak ada satupun yang tahu itu. Aku masih sangat takut untuk memberitahukan hal ini, terutama pada keluargaku. Aku memilih jalan Islam sebagai manusia. Dan untuk kali ini aku benar-benar merasa ketakutan saat memasuki gereja.


" Aku tahu kamu tak percaya adanya Tuhan, tapi secara psikologis kamu butuh penenang dengan tuhan meskipun kamu tak pernah percaya wujud-Nya" ucap Mike masih mengira aku seorang ateis.


" Iya" jawabku singkat.


Lihat selengkapnya