Perbincangan terjadi cukup menyenangkan antara kedua orang tuaku dan ibu Mamed. Ada pembicaraan serius diiringi gurauan khas orang tua. Pembicaraan makin lama makin menjadi, keteguhan hati ibu Mamed tak bisa digoyahkan oleh siapapun. Bahkan, termasuk papa sekalipun dengan cara memaksa.
Aku?? Aku segera bersujud di kaki ibunya, beliau hanya bisa meminta maaf sembari mencoba mengangkatku yang ingin restu turun. Tetapi bencana sebenarnya turun. Beliau mencoba pergi dan aku menahan, akibatnya beliau malah terjatuh hingga berdarah.
PLAKK!!! tamparan keras memang patut kudapatkan, tamparan itu dari Rena yang ada disini.
Segera aku ambil pertolongan pertama di mobil dan mengobati ibu Mamed.
" Maafkan aku Bu" ucapku terisak.
" Sudahlah, ibu gak apa-apa..." Ujar beliau benar-benar lembut.
Entah apa maksudnya, beliau sama sekali tak marah dan tak pernah menganggap kejadian itu ada. Beliau juga berpesan agar aku juga melupakan kejadian barusan.
Mama papa hanya diam tak tahu harus apa, sedangkan Mamed ada di belakang. Dan saat ku hampiri, ia buru-buru menghapus air matanya.
" Kanapa?" Tanyaku.
" Enggak" jawabnya.
Perubahan kembali terjadi, nafasnya begitu berat. Dan yang paling mencolok ialah kondisi ibunya yang makin drop. Tingkah Mamed juga makin aneh, ia selalu tampak gusar dan bingung seperti sesuatu yang besar dalam hidupnya akan kembali terjadi.
Dan aku? Sepulang dari rumah sakit selalu aku sempatkan waktu untuk mengunjungi ibu Mamed yang malah jatuh sakit setelah kejadian itu. Aku merasa ini semua salahku. Tapi beliau dengan bijaknya agar aku tak menyalahkan diriku sendiri. Kejadian ini diketahui oleh keluarga besar Mamed, dan reaksi mereka sama seperti dalam drama sinema yaitu menyalahkan aku. Ibu Mamed tentu saja membelaku dengan mengatakan hanya kecelakaan kecil karena ceroboh dan tak ada sangkut pautnya denganku.
Waktu terus berjalan hingga aku tak sadar hari sudah memasuki hari raya idul Fitri. Ibu mamed sudah sembuh seperti sediakala.
Maaf jika terlalu singkat aku menulisnya, tetapi rasanya kehilangan memang sangat menyakitkan. Beliau kembali jatuh sakit setelah itu. Memang sudah tugasku untuk merawat beliau, karena ini semua salahku. Dan saat aku kembali menengok keadaan beliau dihari ini, semua sangat berbeda.
" Kak Ness" panggil Mamed lirih.
" Ya"
" Aku mau minta maaf untuk ibuku"
Saat mulutnya mengatakan itu, hatiku terasa sakit. Entah apa maksud Mamed sialan ini!.
" Aku minta maaf jika ibuku ada salah, entah itu disengaja ataupun tidak"
" Apa maksudmu ngomong begitu?" Tanyaku jengkel.