Sialan lu Med!!

Firmansyah Slamet
Chapter #82

INI YANG TERAKHIR



Setahun sudah terlewati...

Saat Mamed bersungguh-sungguh mengusirku dari kehidupan indahnya. Aku juga menghindar darinya, walau tak benar-benar menghindar. Terkadang aku masih ingin melewati depan bengkelnya hanya untuk sekedar melihat atau kembali merasakan setiap kenangan yang hadir melintas dengan liar.


Jujur aku masih mengharapkannya kembali, jujurpun percuma! Memang aku yang keterlaluan untuk hal ini. Rasa sesal tak berkesudahan senantiasa merongrong dalam lubuk hati yang terdalam. Kebodohan apa lagi yang harus kuperbuat untuknya?. Apa aku masih kurang puas menyakitinya?.

Aku kangen ucapan menyapa yang khas darinya. Aku kangen tingkah usilnya saat tak ada kerjaan. Aku kangen tatapan matanya. Aku kangen semua hal yang ada pada dirinya...


Gitar tua yang biasanya kami mainkan setiap mengisi waktu malam, sekarang hanya tersudut diam di pojok kamar. Beberapa kali pernah kumainkan lagu yang sering kami nyanyikan bersama, tapi semenjak kepergian Mamed gitar ini seperti kehilangan nadanya. Senar-senar yang kupetik tidak mampu lagi menghadirkan nada indah. Lirik yang kunyanyikan pun menguap begitu saja tanpa makna yang jelas.


Kemudian kumelangkah ke beranda. Berdiri menatap langit malam dengan ribuan bintangnya. Tapi tak pernah lagi kutemui indahnya malam seperti dulu. Bintang-bintang itu seperti redup dan tenggelam dalam gelapnya langit malam. Mereka seperti enggan memancarkan lagi sinar terindahnya.

Tapi aku masih bisa melihatnya. Aku bisa melihat mereka. Dua orang yang sedang asyik melewatkan malam dengan perbincangan yang sangat mengasyikkan. Seorang perempuani, seperti yang selalu kulihat setiap aku bercermin. Seorang lagi laki-laki, dengan sapaan yang khas . Mereka nampak sangat menikmati momen itu. Berbincang dan tertawa lepas setiap satu dari mereka mengeluarkan banyolannya.


Tanpa sadar aku tersenyum kelu menatap mereka.


Lalu sosok keduanya berangsur-angsur menjadi tipis dan transparan, sebelum akhirnya benar-benar menghilang dari benak...


"Kejadiannya selalu sama," suara Mike membuyarkan lamunan, "Ada yang pergi untuk kembali, tapi ada juga yang pergi dan nggak mungkin kembali ditambah menyisakan luka"


Aku termenung sesaat.



******





" Masih rindu?" Tanya Mike lagi," tentu saja untuk waktu selama itu, melupakan ialah hal yang mustahil" imbuhnya.


Mataku masih menatap ke arah bengkel itu. Semua perasaan ini apakah bisa membuat hari menjadi jauh lebih buruk?. Apa bengkel itu bisa memperbaiki semua kesalahanku?.


" Gak ada yang suruh kau buat jalan" ucapku saat Mike melajukan mobil meninggalkan bengkel dan karena macet sudah mereda. Jujur aku masih ingin berlama-lama menikmati pemandangan bengkel dari jalanan ini.


" Memang" jawabnya singkat.


" Aku gak nyuruh buat jalan" ucapku sekali lagi.


" Tepat sekali, karena aku gak nurut apa katamu" balasnya.





Lihat selengkapnya