Pak Karib dan yang lainnya baru bergabung. Mereka sebelumnya tertinggal jauh dari anak-anak mereka. Seketika juga mata mereka langsung berkaca-kaca. Lagi-lagi alam menawarkan keindahan yang sayang jika dilewatkan oleh mata. Hutan rindang membentang dan aliran sungai yang tidak pernah kerontang menjadi pemikat siapa saja yang melihatnya. Secara adat, orang rimba sangat begitu menghormati keberadaan hutan. Karena hubungan emosional tersebutlah, antara mereka dan hutan tidak dapat di pisahkan.
Salah satu pepatah mereka yang mengatakan. Hopi ado rimba hopi ado bungo, hopi ado bungo hopi ado dewo. Yang mana pepatah ini mengisyaratkan, jika rimba terjaga, maka ada bunga-bunga yang dipersembahkan bagi dewa sehingga akan meruahkan rezeki bagi orang rimba.Bukan hanya hutan, keberadaan provinsi Jambi yang secara geografis kawasan pegunungan, perbukitan dataran tinggi, serta kawasan hutan dataran rendah, dimana di dalamnya juga mengalir sungai-sungai besar menjadi sumber kehidupan bagi orang rimba. Sebab, selain bergantung dengan hutan, keberlangsungan hidup mereka juga tergantung oleh keberadaan sungai.
Selain menjadikan sungai pemandu dalam menentukan arah melangun, sungai juga menjadi patokan mereka dalam menentukan posisi ladang baru yang akan digarap. Selain itu, sungai juga bisa menjadi penamaan baru bagi rombongan atau kelompok berdasarkan nama sungai terdekat dari tempat tinggal mereka. Tentang sungai, mereka juga memiliki larangan adat seperti terlarang bagi orang rimba untuk buang air besar di sungai. Jika ada yang berani melakukannya, maka denda adat pasti akan mereka terima.
Saujana, potret hutan dan lekuk-lekuk sungai yang mengalirinya tidak berhenti memanjakan mata Pak Karib dan rombongan. Seolah tidak sabar ingin menjamah, mereka pun segera bergegas menuju kesana. Semua orang menyambut bahagia, tidak terkecuali Sialang dan teman-temannya yang lebih dulu menyambut keindahan alam tersebut.
“Di sanalah lahan baru kita untuk bercocok tanam,” kata Pak Karib sambil menunjuk arah turunan perbukitan.
Semua mengucap lega. Perjalanan panjang yang mereka tempuh dan menghabiskan waktu bermalam-malam sampai pada ujungnya. Penderitaan itu seolah akan segera berakhir. Meski harus memulai dari awal lagi. Tapi lahan baru juga bertanda harapan baru bagi keberlangsungan hidup mereka.