Kata orang-orang, hujan itu selalu berhubungan dengan kesedihan. Tapi mengapa itu tidak terjadi dengan temanku yang satu ini? Entahlah, mungkin karna dia tak punya beban hidup, bebas melakukan apa yang dia ingin lakukan. Temanku juga banyak berbicara dan sangat suka bercanda, berbeda denganku ang pendiam. Dia sering mengajakku bercanda, aku senang bermain dengan dia. Tapi, mengapa orang orang tak ada yang menyadari keberadaannya?
Kisah ini dimulai saat aku bertemu dengannya di rumah tua bekas jajahan Belanda. Saat itu aku sedang jalann-jaln dengan menaiki sepeda motorku, namun tiba-tiba hujan turun dan aku beteduh di rumah bekas jajahan Belanda, di rumah itulah aku bertemu dengannya. Saat itu, dia sedang menangis memanggil-manggil nama seseorang yang aku sendiri tak tahu itu siapa. Aku menghampiri dan menanyakan berbagai hal, tapi dia tidak menjawabnya, justru dia terus menangis, bahkan lebih keras dari sebelumnya. Karena kasian padanya maka kuputuskan untuk mengajaknya tinggal bersama di rumahku. Jujur saja aku merasa kesepian, karna aku tak punya teman dan orangtuaku bekerja di luar negri, hanya pulang tiga bulan sekali, itupun kalo sempat.
Aku pernah bertanya kepada Yure, dimana keluargamu? tapi dia sendiri tidak tahu dimana keluarganya, dia bercerita bahwa mereka terpisah saat penjajah Belanda datang mengepung daerah kawasan tempat tinggalnya. Semua anak dipisahkan dari orangtuanya, setelah itu dia tidak ingat apa yang terjadi. Saat itu aku sadar, bahwa temanku bukanlah manusia lainnya dan aku tak percaya bahwa aku bisa melihatnya. Aku memutuskan untuk pergi meninggalkannya di rumah bekas jajahan Belanda, tempat dimana aku bertemu dengnnya, tapi sayang, setiap kali aku mencoba untuk meninggalkannya disana kejadian tak terduga selalu terjadi. Akhirnya aku membiarkannya tinggal bersamaku, aku sudah terbiasa dengannya dan aku menganggapnya seperti saudara.