Siapa Namamu?

Hesti Ary Windiastuti
Chapter #1

Dilema

"Tujuan menikah itu untuk menyatukan dua hati dan juga dua keluarga, bukan hanya mengubah status di KTP Ra," Hani mencoba memberi tanggapannya soal pernikahan, ketika ditanya Naura, sahabat baiknya, yang baru saja melahirkan anak kelimanya, soal kenapa Hani tidak kunjung menikah, meskipun usianya sudah mendekati kepala empat, soalnya tiga tahun lagi, Hani genap berusia 40 tahun, dan hal tersebut juga yang membuat kedua orangtuanya khawatir kalau putri bungsu sekaligus anak perempuan satu-satunya, justru akan memilih untuk melajang sampai akhir hayatnya.

"Sebagai catatan, menikah bukan seperti lomba lari yang memperebutkan piala atau uang, dan menurutku, pernikahan tidak sesederhana apa yang selama ini kamu katakan."

"Itu hasil risetmu sendiri atau merujuk pada riset orang, Han, soalnya definisi pernikahanmu, kenapa kok aku rasa, agak menjurus ekstrim ya," ujar Naura. Sembari menggendong anak bungsunya, dan menurut penuturan Naura sendiri, dia tidak ingin menambah momongan, meskipun suaminya menginginkan anak lagi, alasannya dia kasihan melihat suaminya banting tulang sendiri.

"Suamimu kan, selalu bilang banyak anak banyak rezeki, dan sama seperti kamu, kalau aku main ke rumahmu, yang ditanya pasti soal menikah," ujar Hani

"Padahal aku pernah bilang ingin kembali bekerja, ya walaupun dari rumah, seperti ibu-ibu zaman sekarang, dagang online, tapi tahu apa jawaban my Bobby, suamiku tercinta itu, dia bilang, Dinda, Abang masih sanggup membelikan bedak dan perkakas lainnya yang Dinda butuhkan."

"So sweet banget suami mu, setahuku, dulu dia orangnya kaku deh, nggak nyangka juga jadi jago gombal," ujar Hani.

"Belajar dari film dan drama katanya. Han, ini aku sebenarnya cuma menyampaikan amanah nih ya, jangan marah dan tersinggung, begini, secara kita bertiga kan sahabatan sudah lama, bisa dikatakan persahabatan kita sudah seperti lagenda hidup sekolah, dan ini amanah dari Bobby sih sebenarnya, dia bilang, ada teman satu kantornya yang masih jomblo, kalau ditanya soal mapan, dijamin mapan, tajir lah pokoknya, mau nggak, ya nggak ada salahnya kan, kenalan, kalau nggak jodoh, bisa dijadikan teman, atau Abang ketemu gede, untuk pertemuan, Bobby bisa atur waktu, bagaimana?" Tanya Naura sembari meletakkan bayinya ke tempat tidur.

Lama Hani terdiam, sejurus memandang wajah Naura yang berharap sahabat baiknya itu mengatakan ia atau pun kalau lisannya susah mengucapkan ia, setidaknya mengangguk saja sudah cukup.

"Aku pikir-pikir dulu ya, oke, ibu hebat aku pulang dulu, oh ia, anak-anak yang pada sekolah belum pulang?"

"Sebentar lagi kayaknya, tenang ada asisten yang jemput," ujar Naura sembari meraih handuk.

"Itu baby, nggak apa-apa di tinggal?" Tanya Hani, karena khawatir kalau baby bergerak dan jatuh dari kasur.

"Biar bungsu, dia tangguh loh, dan nggak cerewet, sama seperti dirimu, tapi kalau mau jaga sebentar, nunggu sampai diriku kelar mandi, diriku sangat berterimakasih, nanti aku buatkan makanan siang deh," ujar Naura.

"Ia, mandi aja cepat non."

Hani tertegun sejenak melihat foto pernikahan Naura, dia benar-benar tidak menyangka, jika Naura dan Bobby, bakalan menikah, karena setahu Hani, yang sering mengantar Naura ketemu gebetannya justru Bobby. Cinta memang rumit.

"Nggak cengeng kan, si bungsu, anteng anaknya, aku pindahin ke ayunan dulu ya, baru habis itu kita masak, kebetulan Bobby katanya nggak lembur hari ini, jadi dia makan malam di rumah, jadi biar nggak repot, bahan mentahnya, aku harus siapkan lebih awal, biar nanti tinggal masak."

Melihat kehidupan rumah tangga dua sahabatnya, baik-baik saja, membuat Hani berpikir, mungkin karena sudah saling mengenal satu sama lain, makanya pernikahan keduanya adem ayem, Bobby tau bagaimana sifat Naura, baik dan buruknya, dan begitu juga sebaliknya.

Tapi akan jauh berbeda, jika kedua pasangan, yang menikah belum terlalu mengenal sifat dan watak satu sama lain, apa ia, kehidupan setelah pernikahan akan berjalan mulus, dan bagaimana rasanya berbagi ranjang dengan orang yang bahkan belum terlalu dikenal, dan itu juga yang menjadi alasan kenapa Hani tidak suka perjodohan, meskipun kedua orangtuanya terus mencarikan jodoh untuknya, dan Hani berharap agar jodohnya tidak ia dapatkan dengan cara perjodohan.

Bukannya tidak pernah menjalani kisah asmara, Hani pernah jatuh cinta, bisa dikatakan cinta monyet dengan teman satu SMP nya. Naura dan Bobby juga tau soal cinta monyet Hani, karena hal ini pula, persahabatan ketiganya sempat renggang, Bobby dan Naura, tidak setuju Hani menjalin hubungan dengan pacar Hani tersebut, karena menurut keduanya, attitude pacar Hani tidak baik.

Lihat selengkapnya