Siapa Sebenarnya Markesot?

Bentang Pustaka
Chapter #2

Agama Pembalasan

Daur (110)

Terhadap kritik “koyok Islam-islamo”, Markesot tertawa agak pahit. “Masyarakat kita ini sudah dilanda penyakit identitas, papan nama, simbol dan indikator,” katanya. “Kalau mendengar ayam berkokok, nomor satu nikmatilah keindahan bunyi kokok itu. Merdekakan dirimu bahwa yang berkokok adalah ayam. Lupakan dahulu identitas gendernya bahwa ia ayam jantan, kemudian bebaskan diri dari persangkaan bahwa kokok itu dipekikkan atas dasar ideologi, agenda politik, pencitraan sosial, atau apa pun. Langkah pertama, nikmati dan syukuri keindahan ide Tuhan bahwa ada formula bunyi atau fenomena musikal yang kita kenal sebagai kokok ayam.”

Cak Sot bilang ini bukan soal Islam atau apa pun papan nama yang biasa disematkan orang yang mengurung diri dalam kotak identitas itu. Ini soal pembelajaran dan latihan cara berjalan, meneliti ketepatan jalan. Kita pastikan arah perjalanan hidup kita adalah fi sabilillah. Kemudian, kita utamakan meletakkan kendaraan jasad kita di syariatul-Ilah. Lantas, pastikan menemukan getaran thariqatu-hubbillah. Dan, akhirnya waspada terhadap presisi as-shirat al-mustaqim ilallah. “Sampai tua renta sekarang ini, aku masih gemetar-gemetar. Mata sering kabur terhadap presisi itu. Aku tidak pernah menyalah-nyalahkan orang yang mungkin kutemukan tidak mengurusi presisi as-shirat al-mustaqim sehingga sangat rasional dan faktual untuk disebut sesat. Aku seperti tidak cukup waktu untuk memastikan presisi arah hidupku sendiri.”

Lihat selengkapnya