SIAPA TAKUT KEPEPET POLWAN

Gie_aja
Chapter #4

HATI YANG GALAU BANYAK CERITA

Seperti biasa, setiap akhir bulan seorang utusan dari big bos The King akan mengadakan pertemuan dengan para copet di bawah naungan The King. Tentunya pertemuan mereka dilaksanakan di area tempat yang sepi, dan kali itu di sebuah gedung tua yang sudah lama terbengkalai. Dengan memakai pakaian yang serba hitam, Dito datang bersama beberapa copet lainnya.

 

“Selamat malam semua,” kata utusan The King menyapa para copet. Ada dua orang lainnya yang berdiri di samping kiri dan kanan sang utusan.

 

“Malam …” jawab Dito dan copet lainnya.

 

Tanpa panjang lebar berkata-kata, sang utusan memberikan isyarat tangan pada dua orang yang berdiri di samping kiri dan kanannya, lalu kedua orang itu segera beranjak menghampiri Dito dan para copet untuk mengumpulkan hasil curian mereka berupa emas, uang dan tak lupa beserta dompetnya.

 

“Terima kasih,” kata sang utusan pada para copet di depannya, setelah dua orang itu kembali dan berdiri di belakangnya dengan membawa kantung kain berisi banyak emas dan lain sebagainya.

 

Dito dan para copet hanya diam, karena mereka tahu prosedur yang berlaku untuk para copet di bawah naungan The King. Uang akan di transfer ke rekening mereka masing-masing, beserta bonusnya.

 

Sang utusan berbalik untuk beranjak pergi, begitu juga dengan dua orang tadi yang selalu ada di belakangnya. Dito dan para copet lega karena urusan sudah selesai. Mereka berbalik untuk pergi kerumahnya masing-masing tanpa saling ngobrol sedikitpun.

 

Selang satu menit berlalu, sang utusan berbalik melihat mereka, khususnya memperhatikan Dito, karena sedari tadi Dito selalu memegangi kantong kiri jaket hitamnya.

 

“Kamu. Berhenti,” kata sang utusan dengan nada menggetarkan jiwa.

 

Dito dan para copet pun berhenti melangkah.

 

“Yang lain boleh pergi, kecuali kamu,” kata sang utusan lagi menunjuk ke arah Dito, sehingga membuat Dito gemetar jiwa raganya.

 

Para copet lain buru-buru beranjak pergi meninggalkan Dito seorang diri, karena mereka tahu pasti Dito akan di timpa masalah, dan mereka tak mau terlibat masalah dengan utusan The King.

 

Dito masih terpaku diam di tempatnya berdiri. Jantungnya semakin berdetak hebat ketika sang utusan dan dua orang itu menghampirinya perlahan.

 

“Kamu menyembunyikan sesuatu dari kami, iya?” tanya sang utusan bertopeng hitam bergaris putih dan sedikit ada merahnya, terkesan angker dan galak.

 

“Nggak, Pak,” jawab Dito berusaha jujur, namun tatapannya nampak tegang.

 

Lihat selengkapnya