Setiap orang hidup pasti punya ketakutannya masing-masing, karena itu—menurutku—ketakutan masih menjadi musuh terbesar banyak orang.
Pada umumnya, orang takut pada apa yang belum mereka ketahui; sebagian lainnya, mereka tidak takut, karena belum mengetahui, belum mengalami, atau belum menyadari; sisanya, adalah mereka yang (sudah) tidak merasakan apa-apa lagi.
Aku ... mengetahui; mengalami; menyadari; dan akhirnya merasa … takut—jujur saja! Ketakutanku? Cinta, titik. Aku sungguh tak tahu apapun soal itu. Aku sungguh tidak tahu … ada yang tahu?
Namaku Ziya Mari Kagumi, umurku 34 tahun, dan aku masih single. Aku adalah seorang CEO dari salah satu Advertising Agency yang aku dirikan bersama teman-teman terdekatku. Di mana, bisnis yang aku geluti saat ini adalah bisnis yang—katanya—sangat sexy dan sedang berkembang sangat pesat di Indonesia, dan semakin pesat saja bila aku perhatikan akhir-akhir ini.
Aku lulusan salah satu kampus bisnis ‘top’ di Jakarta yang kemudian melanjutkan jenjang pendidikan S2-ku di kota London. Tidak ada yang meragukan background pendidikanku selama ini—setahuku.
Tapi terlepas dari itu semua, sebagai seorang manusia biasa, aku juga tetap menyimpan suatu persoalan dalam diriku. Dan seperti yang sudah aku bilang sebelumnya, persoalanku adalah ketakutanku soal perkara cinta, yang mungkin saja berbeda dengan kebanyakan orang.
Seperti yang kukatakan sebelumnya, masing-masing dari kita memiliki ketakutan kita sendiri. Sebagian memutuskan menyimpannya dengan sangat erat; sebagian lainnya memutuskan memilih untuk membicarakannya dengan orang-orang terdekat; sebagian lainnya—mungkin—sengaja membiarkannya hingga berkarat; dan lagi-lagi sisanya, adalah mereka yang—sudah—tidak merasakan apa-apa lagi dalam berbagai jarak.