Siapa Tau?

Airlangga Kusuma
Chapter #3

Who knows?

Suatu pagiaku iseng mendatangi rumah almarhum papahku yang sudah kosong selama hampir kurang lebih satu tahun lamanya. Iseng? Entahlah—apapun itu sebutannya. Sejak papahku tidak ada, mamahku memang aku ajak tinggal di rumah baru kami. Intinya kami berdua pindah dari rumah itu.

Aku berharap mendapatkan atau menemukan ‘sesuatu’ di situ—terserahlah, apapun itu—untuk setidaknya, dapat menenangkan gejolak hati dan pikiranku belakangan ini.

Bertemu hantu papahku pun aku berani, kenapa tidak? Apa lagi yang lebih menyeramkan dari sebuah kehidupan yang nyata dan pahit—terlebih dengan semua yang telah aku alami selama ini—dibandingkan dengan—hanya—semua ilusi-ilusi di kepala? Kenyataan pahit berkali-kali jauh lebih horor ketimbang sekadar ilusi pikiran. Percayalah!

Tapi setelah hampir setengah hari aku berada di rumah itu, aku belum menemukan ‘sesuatu’—atau apapun itu—yang benar-benar dapat menarik perhatianku—atau menenangkan batinku setidaknya.

Sampai kemudian, saat aku berniat mau melangkahkan kakiku keluar dari rumah papahku, aku tak sengaja melihat deretan buku-buku peninggalan mendiang papahku yang tersusun lumayan rapih di rak buku kecil, persis di bawah tangga rumah papahku.

Jadi teringat, dulu saat aku kecil, aku suka sekali ngumpet di situ saat main petak umpet dengan papahku, atau dengan sepupu-sepupuku.

Tiba-tiba memori di kepalaku mengakses semua peristiwa itu dengan sangat cepat. Kakiku jadi goyang rasanya. Aku berjalan mendekati lemari kecil itu dengan jutaan memori yang sedang berseliweran mengiringi setiap langkah kakiku.

Niat awalku hanya mau merapihkan lagi susunan buku-buku itu, walaupun sebetulnya sudah rapih kelihatannya. Apalah itu, aku hanya merasa ingin—harus—ke ‘situ’ saja pokoknya, dalam hati dan pikiranku saat ini kuat—sangat kuat. Gravitasi seperti sedang bekerja dengan hukumnya sendiri untuk mendorong serta membawa seluruh tubuhku menuju ke 'tempat' itu. Entahlah, aku ikuti saja alirannya.

Aku iseng mengambil beberapa buku lalu membuka-buka serta membaca sekilas beberapa isinya. Aku hampir mengingat semua memori yang ada di balik setiap buku yang aku pegang ini.

Sampai di salah satu buku, di satu halaman dari buku yang sedang aku genggam, aku kaget setengah mati. Ada selipan kertas, yang aku tahu ini adalah … ‘tulisan tangan papahku’ ... Ya, Tuhan ….

Lihat selengkapnya