Perusahaan kami bergerak dalam bisnis periklanan—khususnya Full Service Agency—dan Kevin adalah Chief Creative Officer di perusahaan kami. Sementara aku adalah Chief ‘Everything’ Officer (maksudnya, Chief Executive Officer) alias CEO-nya.
Selain kami berdua, ada dua orang lagi yang melengkapi formasi tim utama di perusahaan; Ariyo, seorang Group Account Director merangkap Strategic Planner, dan juga Winda, my superwoman di bidang Finance dan Legal.
Berempat, kami mengoperasikan perusahaan ini sehari-harinya, yang tentu saja didukung juga oleh beberapa Head dan banyak Staff divisi lain di dalamnya, termasuk mereka-mereka yang berada di area Digital. Yes, area digital. Karena digital, adalah sebuah keniscayaan dan jadi kebutuhan utama di zaman super now ini, jadi tidak mungkin kami menjauh apalagi menolak kehadirannya—tidak mungkin!
Lagi pula, visi-misi kami juga pasti akan menuju ke sana pada akhirnya, cepat atau lambat. Jadi kami pikir, sekalian saja dimulai lebih cepat. Tidak ada salahnya juga. Lagi pula itu bagus dan sangat cocok untuk bisnis kami yang memang bergerak dalam dunia agency. Selain alasan perkembangan zaman dan persaingan bisnis, langkah strategis itu kami ambil sebagai bagian dari strategi adaptasi dan inovasi perusahaan kami untuk jangka panjangnya. Biar tidak mudah terlempar dari persaingan juga pikir kami.
Perusahaan kami sendiri sudah berjalan lima tahun hingga hari ini. Dan selama itu pula, perusahaan kami semakin tumbuh besar dan terus berkembang setiap harinya. Karyawan kami pun juga semakin banyak, menyusul deadline yang terus menumpuk minta untuk diselesaikan.
Sebenarnya, ada satu orang lagi pendiri—Co-founder kami mengistilahkannya—perusahaan ini, yaitu temanku semasa zaman kuliah dulu—kakak kelas jauh di atasku tepatnya. Namun dia saat ini lebih bersifat pasif di perusahaan ini. Karena selain dia memang sudah tinggal dan menetap di luar kota Jakarta, ia juga mulai sibuk mengurus bisnisnya yang lain di luar MBA ini.
Hanya di awalnya saja ia sangat aktif membangun dan mengoperasikan perusahaan ini, selepas perusahaan ini dianggap stabil, ia pun akhirnya mulai pasif dan memutuskan untuk pindah keluar kota bersama keluarganya. Setelahnya, ia paling hanya datang sesekali dalam satu bulan ke Jakarta, untuk meeting denganku dan Kevin, atau sesekali juga dengan tim utama secara keseluruhan. Sisanya, kami lakukan komunikasi jarak jauh dengannya dalam banyak hal, terkait perjalanan dan perkembangan kantor ini.
Kami dapat mengatur dan menjalankan kebiasaan baru itu dengan cukup baik dan smooth setiap harinya, dan semakin baik saja seiring waktu berjalan dan tahun berganti. Kami cukup baik dalam proses adaptasi dan inovasi semacam ini. Dan kami bersyukur sekali atas semua itu.