Siapa Tau?

Airlangga Kusuma
Chapter #7

Screenshot VS Presentasi

Aku berusaha menyelesaikan kalimat terakhir di sesi presentasi hari ini, di hadapan klienku, di ruangan meeting mereka. 

Di sekelilingku, duduk sejumlah orang—empat orang tepatnya—di mana semuanya tampak serius menyimak seluruh penjelasanku. Di sisi lainnya, slide power-point berisi mock up design tim-nya Kevin dan juga copy text yang dibuat Kalina, terpampang jelas dan sedang menerangi sebagian wajahku.

Setelah sampai di slide paling akhir, aku mengucapkan salam kepada seluruh orang yang ada di ruangan itu.

Lampu ruangan yang sebelumnya agak redup—kecuali cahaya yang keluar dari laptop Kevin dan projector—kembali menyala penuh. Kini wajah mereka semua terlihat dengan jelas dan sempurna.

Di ruangan itu, selain ada aku dan Kevin, ada tiga orang lagi yang ikut meeting dari pihak perwakilan kantor klienku. Total kami meeting berlima di ruangan itu.

Aku kembali ke tempat dudukku di sebelah Kevin. Sesekali di antara para klienku terlihat perbincangan kecil, walau, yaaa ... sebenarnya aku agak kurang memperhatikan semuanya juga sih, karena sedang agak sedikit sibuk dengan isi leptop-ku sendiri. Kevin yang kelihatannya lebih sibuk berbincang dengan mereka.

Sekilas terlihat Kevin menjelaskan beberapa point kepada orang di sebelahnya sambil membolak-balikan lagi slide demi slide dari materi presentasi yang tadi.

Di akhir presentasi tambahan Kevin, satu-satunya kata-kata yang kemudian berhasil menarik perhatianku adalah, “ini serius, Mbak Ziya?” tanya Mas Heri singkat sambil memperlihatkan screenshot di hape-nya kepadaku. “Hah …?” aku melongok sejadinya.

Seisi ruangan tiba-tiba tertawa kecil, walau sebenarnya agak ditahan, semua demi menjaga perasaanku sepertinya.

“Rileks, Mbak Ziya … yang tadi semuanya pasti akan kami pelajari lebih lanjut kok—We know that. Tapi jujur, saya kok lebih tertarik ngebahas ini dulu ya, Mbak? Gapapa ya, Mbak,” sahut Pak Anton, salah satu Chief di grup klien-ku ini.   

“Heboooh lho, Mbak Ziya di sini juga,” sambung Mas Awi yang merupakan salah satu Head di situ.

Aku hanya bisa nyengir sejadinya. Serius, aku nggak tau harus bicara apa.  

Lihat selengkapnya