Dito, adalah seorang Komika jebolan ajang acara stand up comedy ternama di Indonesia. Dito—katanya—pernah berkolaborasi bareng dalam suatu project yang dipegang oleh Ziya saat Ziya masih bekerja di salah satu multinasional agency. Saat itu, Ziya masih menjadi seorang Account Manager untuk salah satu Brand minuman susu.
Pada saat meeting koordinasi—antara Brand, Agency, dan Pengisi Acara—Dito langsung jatuh hati dengan Ziya pada pandangan pertama. Mungkin Ziya tak sadar bahwa setelah itu Dito diam-diam telah menjadi secret admirer Ziya. Namun Dito juga sadar diri, bahwa dirinya jauh dari kata layak untuk bersanding dengan seorang Ziya Mari Kagumi, karena itulah, tak pernah sedikitpun terbesit dalam pikirannya untuk coba-coba mendekati Ziya. Yang berani Dito lakukan, dan yang hanya mampu ia lakukan selama ini, yaitu ia hanya berani memencet tombol like untuk setiap postingan terbaru Ziya di Instagram. Cuma itu, dan tak pernah lebih berani dari itu.
Semua teman dekat Dito tahu, bahwa kelemahan Dito adalah rasa parno terhadap apapun yang berhubungan dengan hal gaib di dunia ini. Dan semenjak Dito jadi Komika, bukan hanya teman dekatnya, semua orang yang kenal dengan dirinya pun pada akhirnya tahu soal ‘kelemahannya’ itu.
Sepanjang hidupnya—at least sejauh ini—Dito hanya memusatkan energi pikirannya ke satu hal saja di dunia ini, yaitu fokus meningkatkan karir dan membesarkan dirinya di dalam dunia Stand Up Comedy di Indonesia. Puncak tujuan hidupnya selama ini sangat serius dan tidak main-main, yaitu bisa berada satu panggung dengan seorang Raditya Dika, atau lebih jauh lagi, yaitu melakukan pertunjukan kolaborasi dengan menggelar road show keliling Indonesia.
Road show stand up dimana mereka berdua berkomedi bersama dengan menertawai keras dan lepas di atas panggung, tentang segala hal yang gaib dan/atau segala hal yang bisa membuat orang-orang 'parno' di dalam sebuah kehidupan.
Tapi bahkan, untuk menertawai 'ke-parno-an' dan 'kegaiban' saja Dito tetap butuh satu orang berdiri di sampingnya dan menemaninya, dengan kata lain, ia—sebenarnya—tetap saja tidak berani bila harus sendiri dan berdiri sendiri. Luar biasa Dito .... (Tepuk tangan penonton).
Untuk kali ini, motivasi terbesar Dito mengikuti audisi ini adalah, ia ingin Ziya menjadi semakin sadar dan semakin tahu akan keberadaan (eksistensi) dirinya secara langsung, dan bukan hanya melalui siaran 'tidak langsung'. Betapa ia selalu menjadi pengagum dan pemuja rahasia dalam setiap perjalanan hidup dan karir seorang Ziya Mari Kagumi. Saking kagumnya, bahkan ia pernah menjadikan perjalanan hidup seorang Ziya Mari Kagumi dalam membangun perusahaannya sebagai salah satu materi andalan stand-upnya dalam sebuah acara stand up yang dihadiri ratusan orang. Alasan dan maksudnya, hanya Dito yang tahu. Tapi terlepas dari itu semua, penonton tetap bertepuk tangan untuk ceritanya. (???).
*?*
Dito duduk termenung di ruang keluarga. Di atas sofa putih empuk yang muat untuk sekitar 4–5 orang. Ia habis berkeliling di rumah megah itu dan melihat lebih dekat segala hal yang ada di dalamnya. Dito tak habis pikir, bagaimana bisa rumah semewah ini dibiarkan kosong begitu saja. Otaknya langsung berimajinasi, seandainya rumah ini bisa ia sulap menjadi semacam base camp para Komika, pasti suasananya akan mendadak berubah jadi hingar bingar dan berisik yang tak terkira. Hanya ada 'tertawa' dan 'tertawa' yang keluar terdengar dan menggema di seluruh sudut ruangan yang besar dan luas ini Tak seperti suasana saat ini ... sepi ... sunyi … sendiri ... 'menanti' ... krik … krik .... (Suara jangkrik???).
__________
Sekitar pukul 7 malam, Dito mulai mati gaya. Dia mulai bingung apalagi yang harus ia lakukan di rumah itu. TV sudah dinyalakan dalam kondisi volume paling kencang, tapi hal itu tetap saja tak bisa menghilangkan suasana sepi sendiri di rumah sebesar hampir 2 hektar itu. (Nah lo!).