Sudah seminggu Gavin berada di rumah ini, rumah yang sebenarnya tak asing baginya. Tak sulit bagi seorang Gavin untuk ‘berdiam diri’ dalam sekian waktu di dalam rumah ini.
Sebagai seorang Ambivert, Gavin justru kadang butuh mengeluarkan sisi introvert-nya sesekali. Di mana ia juga butuh waktu tanpa diganggu oleh kehadiran manusia lain dalam hidupnya. Ya ... walaupun kadang masih ada rasa bosan terbesit dalam dirinya, namun tentu saja segera bisa ia tepis begitu mengingat kembali tujuan utama dirinya mengikuti audisi ini.
__________
*Percakapan di Grup Whatsapp Audisi For Ziya*
“Gue penasaran banget, kok bisa ya seorang Gavin betah banget di dalam rumah. Udah gitu coba deh elo perhatiin apa yang dia lakuin.” — Dee pun mengirim sebuah video hasil rekaman dari CCTV.
Dalam video itu terlihat Gavin sedang berdiri di depan sebuah foto keluarga dan memperhatikan semuanya secara seksama, dan dalam waktu yang cukup lama. Berdasarkan hasil pengamatan Dee, Gavin bisa berdiri mengamati sebuah foto dalam waktu sekitar 30–45 menit lamanya. Lalu setelah aktivitas mengamati foto keluarga itu, ia akan langsung ke ruang perpustakaan, dan lalu mengambil sebuah kertas dan mulai menulis (atau menggambar?) sesuatu.
“Hmmm ... gue aja yang ada di dalam foto itu nggak pernah ngeliatin foto itu sampe segitu lamanya,” jawab Ziya ikutan bingung
“Jangan-jangan ada kode rahasia di setiap foto yang di pajang kali, Ziy? Cuma elo nya aja mungkin yang gak ngeh atau gak pernah perhatian!” Fantasi Kevin mulai liar
“Hmmm ... bisa jadi ....” Ziya pun mencoba masuk dalam ke fantasi buatan Kevin.
“Duh, Say(yur?), kamu kebanyakan nonton serial detektif deh,” balas Dee berusaha untuk tetap waras.
– 30 menit kemudian –
“Sorry baru buka grup. Abis hectic banget di sini. Bener kata Dee ... elo kebanyakan nonton video konspirasi. #eh,” balas Masari setelah semua kembali sibuk ke urusan masing-masing. “Kalo berdasarkan hasil pengamatan gue nih ya ... kayaknya emang keliatan banget kalo Gavin bener-bener suka sama elo deh, Ziy ... sampe segitu perhatiannya ngeliatin foto-foto itu. Fokus banget orangnya,” sambung Masari membuat Ziya kehabisan kata-kata, tapi lumayan menyisakan ‘pertanyaan’ di kepalanya.
*?*
Dua minggu sudah Gavin sendiri di rumah sebesar ini. Dirinya semakin hafal dengan seluruh susunan ruangan yang ada di dalam rumah ini. Ia terlihat sangat terencana, namun tetap santai dan tenang selama di dalamnya. Saking terencananya, ia sampai membuat list rutinitasnya sendiri setiap harinya.
04.00 – 05.30: Bangun pagi, sholat, dan melakukan aktifitas ringan.
05.30 – 06.30: Jogging di halaman atau lari di ‘treadmill’ yang ada di ruang Gym.
06.30 – 07.00: Duduk santai sambil baca koran yang ada.
07.00 – 07.30: Mandi pagi.
07.30 – 08.00: Sarapan.
08.00 – 10.00: Keliling rumah, kadang nyiram tanaman, kadang kasih makan ikan koi di kolam—Sesuai mood aja.
10.00 – 12.00: Lanjut keliling rumah dan memperhatikan foto-foto lagi satu persatu.
12.00 – 13.00: Makan siang.
13.00 – 16.00: Menghabiskan waktu di ruang Perpustakaan. Membaca koleksi milik papah Ziya dan menulis-nulis sesuatu di kertas yang ada di ruangan tersebut. Sesekali terlihat sepertinya ia juga kerap menggambar sesuatu di kertas yang berbeda. (Tidak terlihat terlalu jelas isinya, jadi maaf ya).
16.00 – 17.00: Ke ruang keluarga sambil ‘rileks’ di kursi pijat.