SIGOTAKA

Handi Yawan
Chapter #2

Hilang Tanpa Jejak

Cuaca masih gelap ketika Pratama dan Istrinya selesai dengan persiapan di rumah. Mereka bergegas pergi ke luar.

Mereka membawa bekal makan siang di dalam tas Masing-masing dan baju hangat telah dikenakan.

Bekal makanan untuk anak-anak mereka sarapan dan pergi ke sekolah sudah biasa dilakukan oleh anak-anak mereka sendiri.

Setelah Yulia mengunci pintu depan dan pintu halaman, dia pergi menyusul suami yang menunggu di luar pagar dan telah membawa sepeda motor Vespa PX 150 yang mesinnya sudah dinyalakan.

Ketika Yulia hendak naik, dia sempatkan menengok ke arah samping.

Dia lirik tempat kejadian tadi malam. Tetapi keningnya berkerut!

Yulia merasa heran? Tadinya dia mengira akan melihat sebuah sepeda motor tergeletak di jalan. Ternyata di jalan tidak ada apa-apa.

Padahal dini hari ini belum ada kendaraan atau orang yang lewat. Bahkan lampu-lampu PJR masih menyala.

Tetapi tidak terlihat ada jejak bekas keributan sedikitpun di depan rumahnya?

Padahal seisi rumah tetangga di samping kiri kanan dan di seberang pasti tahu juga, tetapi tampak rumah mereka biasa saja.

Yulia melihat penghuni di seberang lampu-lampu di dalam rumah sudah dinyalakan, bahkan orang rumahnya berada di halaman dan sedang melakukan aktifitas rutin seperti biasa pula.

Di lingkungan ini semua pendatang dan walaupun sudah 7 tahun tinggal, Pratama dan istrinya dengan tetangga satu sama lain kurang akrab dan hanya saling menyapa seperlunya bila bertemu.

"Udah, nanti kesiangan!" Tegur Pratama.

Mendengar itu Yulia bergegas mengenakan helm yang disodorkan suaminya dan naik ke atas boncengan.

Lalu Pratama mulai membuka handle kopling dengan halus sehingga sepeda motor maju pelan-pelan.

Beberapa saat kemudian Vespa berangkat dengan lampu sorot dinyalakan.

Dalam perjalanan Yulia sempat berpikir, kapan sepeda motor RX King itu ada yang bawa?

Tetapi dipikir-pikir lagi ada benarnya sewaktu tadi malam terjadi keributan, suaminya melarang pergi ke luar untuk mencari tahu apa yang terjadi.

Dari balik tirai, Yulia sudah tahu mobil perak Lykan Hypersport itu milik siapa. Bobby adalah anak bos pemilik perusahaan tempat dia dan suaminya bekerja menjadi buruh tambang.

"Kita nggak usah ikut campur urusan si Bobby," Ujar Pratama. "Bisa-bisa malah ikut apes."

Itu yang dikatakan Pratama tadi malam sewaktu mendengar pintu rumah digedor-gedor.

Seisi rumah sudah terbangun dan berdiri di ruang tamu, tetapi Pratama memberi isyarat untuk diam dan tidak menyalakan lampu ruang tamu.

Bobby adalah anak kedua Wiratama Hartono. Sejak lahir dan sebagai anak laki-laki pertama, Bobby sudah bergelimang kemewahan namun kurang pendidikan tata krama dan kurang perhatian dari ayahnya yang super sibuk sehingga kelakuannya semua gue.

Bukan rahasia lagi bila hidup Bobby berfoya-foya dan mabuk-mabukan dengan kelompoknya.

Pratama sendiri memiliki anak sulung laki-laki seumuran Bobby, tetapi tidak liar dan kuliah di Jakarta.

Pada saat ini sedang libur semester sehingga ada di rumah.

Ketika tadi malam kejadian itu, pemuda itu sudah berdiri di depan pintu kamarnya sendiri sambil memandang ke balik jendela. Sedangkan anak kedua perempuan memeluk ibunya. Begitu juga si bungsu yang masih duduk di kelas 5 SD dalam pelukan ibunya.

Mereka ketakutan sehingga ikut arahan Pratama. Sedangkan si sulung patuh dilarang ayahnya pergi ke luar.

Ketika suara gedoran di pintu berhenti, Pratama menyuruh

Istri dan anak-anaknya kembali ke kamar masing-masing dan melanjutkan tidur.

Apalagi hari ini Pratama dan istrinya kerja shift pagi.

Jam 4 Pratama dan Yulia harus sudah bangun.

Seperti pagi ini, Pratama dan Yulia terbangun sendiri tanpa alarm.

Yulia pergi ke dapur.

Lihat selengkapnya